92A | Tisu Magic

12K 932 29
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Playlist ⏯️ Mencintaimu (Covered by Morgan Oey ft Claresta)
‘Mencintaimu, seumur hidupku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Playlist ⏯️ Mencintaimu (Covered by Morgan Oey ft Claresta)
‘Mencintaimu, seumur hidupku.’

___________

Yang mau tau reaksi Mak Samil gmn ada di chapter BONUS (harga kesombongan) ya, ga aku up di sini. Di sini pas udah tatap muka sm Kana aja. Bonus khusus pembacaku di Karyakarsa/pdf WhatsApp.

___________

Senyum sumringah di bibir Kana nampak jelas membuat auranya semakin terpancar. Rasanya setiap malam ia enggan menutup mata dan antusias menunggu pagi datang. Semua itu semata-mata agar ia bisa segera melihat Om Gatra seorang.

"Eh..." Kana mengerjap ketika melihat wanita berambut putih karena ubannya itu berada di dapur rumahnya. Rasanya, seperti ia melihat bayangan ibunya sedang memasak di sana.

"Ehem," Dehem Kana menyadarkan Mak Samil akan keberadaan gadis itu. "Pagi, Mak Samil, gimana tidurnya malam ini?" Tanyanya dengan antusias.

Kalau Kana jangan ditanya. Ia tertidur lelap dengan suami yang mencintai dan ia cintai juga.

Mak Samil yang mendapati menantunya datang hanya melirik saja tanpa membalasnya. Sudah seminggu lebih ia menetap di sini tetapi entah rasanya hati itu masih merasa jengkel hanya dengan melihat wajah Kana.

Baiklah, Kana paham, walaupun Mak Samil sedikit demi sedikit sudah berubah, tetapi manusia tidak ada yang bisa berubah drastis bukan? Mak Samil hanya butuh penyesuaian untuk menerima keadaan. Kana juga sudah bersyukur Mak Samil sudah tidak sering menghinanya lagi.

"Masakan Neya harum banget bikin aku laper," Ucap Kana sembari menirukan suara bayi dan mengelus perutnya. "Tapi Ayah udah berangkat jadi nggak sempet makan masakan Neya."

Ada yang bilang, biasanya seorang nenek akan lebih sayang pada cucunya ketimbang anaknya sendiri. Demikian lah Mak Samil, meskipun ia membenci Kana sedemikian rupa, di rahim perempuan itulah tumbuh calon cucu pertamanya.

Sesaat setelah menyicipi masakannya, Mak Samil segera mematikan kompor dan bergerak ke arah lemari rak piring. Ia mengambil satu piring tanpa repot-repot menjawab ucapan Kana.

Dara AjudanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang