Playlist di mulmed___________
Follow akun wattpadku dulu yaww, jangan lupa vote komennya juga😁 Video video Dara Ajudan aku up di Instagram ku @fridaywattpad
___________
Sebisa mungkin kelopak mata Kana ia paksakan untuk terpejam, nyatanya memang tak semudah itu. Hatinya tetap bersedih mengingat kejadian-kejadian yang menimpa dirinya bertubi-tubi.
Tubuh gadis itu terangkat, melirik di lantai kamarnya terdapat karpet yang digelar untuk alas tidur Gatra dan sahabatnya itu. Mereka berdua sudah terpejam, sementara Kana masih fokus dengan pikiran-pikirannya di malam yang mulai larut ini.
Pada mulanya Gatralah yang memiliki ide untuk bermalam di kamar Kana karena ia betul-betul khawatir kondisi psikis Kana yang beberapa jam lalu hampir berniat mengakhiri hidupnya sendiri. Sementara Patra, tentu saja akan menemani sohibnya itu agar tak berduaan saja dengan perempuan yang bukan mahram.
Kaki Kana perlahan menapak di lantai, memakai sandal tidurnya tanpa suara karena tak ingin mengusik tidur kedua tentara itu. Perlahan tapi pasti, Kana melangkah ke arah pintu yang sedari awal dibuka dan berusaha menutupnya dengan decit pelan sekali.
"Kamu mau kemana?" Suara serak khas bangun tidur itu membuat tubuh Kana sontak menegang. Gadis itu menoleh dan mendapati Gatra dengan kantuknya berusaha terjaga.
"O...om?" Ucap Kana gugup, "Kok bangun, Om?"
"Kamu mau kemana?" Gatra tampaknya tak mengindahkan pertanyaan Kana barusan. "Udah malem, tidur."
Kana menunjuk dirinya sendiri, "Aku?" Tanyanya balik. "A---aku mau ke bawah, Om."
"Kemana?"
"Ke kamar Ibu." Memang, Kana selama kepergian Sadiman selalu tidur di kamar orangtuanya. Malam ini adalah malam pertama dirinya tak lagi bersama sang Ibu dan Kana sudah merindukan sosoknya. "Udah kangen Ibu, Om..."
Gatra mengangguk pelan, sebelum ia berdiri melawan rasa kantuknya, "Saya temenin."
"Eh??"
Tak juga peduli, Gatra mengambil bantal dan selimutnya kemudian melangkah mendekat Kana. "Ayo." Ajaknya.
"Ki---kita tidur bar...?"
"Enggak," Tolak Gatra. "Kamu di kasur Ibu, saya di luar kamar, depan pintu, ntar pintunya di buka." Gatra menunduk menatap sohibnya sudah sangat lelap dalam tidurnya. Tak tega juga untuk membangunkan pria itu.
Kana berjalan gontai di belakang tubuh tegap mantan ajudan ayahnya itu. Setelah membuka pintu kamar orangtuanya, Kana menghela napasnya berat, ia sangat ingin menangis lagi.
"Nggak papa," Suara Gatra terdengar begitu lembut, tak ada garang lagi terdengar dari sana. "Saya nggak kemana-mana."
Tentu saja setelah melirik Gatra, Kana merasa sedikit lega. Sejujurnya dalam suasana seperti ini, orang pertama yang akan ia jauhi adalah Gatra. Ia tak ingin Gatra melihat rupa buruknya yang bengkak karena air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dara Ajudan
Romance[CERITA DIPRIVATE, FOLLOW DULU SEBELUM BISA BACA LENGKAP!] "Ayo pengajuan," Suara berat itu berhasil membuat mata lawan bicaranya sontak terbelalak. "Tapi..." Kana menggantungkan kalimatnya, "Aku nggak mau semua ini cuma karena Ayah," ucapnya lesu...