28 | Nomor Tidak Penting

24.1K 2.3K 105
                                    

"Na! Bangun! Kamu itu udah gede ya Allah, solat subuh ditinggal terus!" Suara Hapsari menggema di seluruh sudut kamar tidur Kana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Na! Bangun! Kamu itu udah gede ya Allah, solat subuh ditinggal terus!" Suara Hapsari menggema di seluruh sudut kamar tidur Kana. Tentu saja lengkingannya berhasil membangunkan gadis itu dari lelap tidurnya.

Tubuhnya menggeliat, sebelum kelopaknya perlahan beradaptasi dengan cahaya lampu yang ibunya nyalakan. "Masih pagi tau, Bu," Ucapnya dengan suara serak.

"Terus subuhannya sore-sore?!" Suara lengkingan ibunya semakin menjadi. "Bangun cepet ambil wudhu, Ayah udah berangkat ke masjid sama Om Gatra."

Mendengar sebuah nama yang begitu sensitif di telinganya tentu membuat Kana melongo sekilas. Bahaya, bahaya! Dirinya tidak aman hari ini. Ia tidak boleh bertemu dengan Gatra.

Bagaimana mungkin dirinya punya muka di depan pria itu setelah apa yang ia lakukan pada ponselnya? Astaga, memalukan sekali. Tapi, di sisi lain ia juga merasa tenang karena perempuan-perempuan lain yang ingin mendekati pria itu langsung mundur nantinya.

Kana menggeleng dan menutup wajahnya dengan selimut, "Aku ngak mau bangun, Bu..." Ucapnya.

"Astaghfirullah..." Hapsari mengelus dadanya dan menggeleng mendengar anak gadisnya itu.

"Kamu ini udah dikasih apa-apa yang kamu mau, pengen masuk PTN, dikasih lulus, makan tinggal makan, tidur tinggal tidur, begitu kok berterima kasih sama Gusti Allah aja susah?! Allah punya kuasa narik segalanya loh! Jangan main-main kamu," Gerutu Hapsari.

Kana menggigit bibir bawahnya. Ia sangat takut dengan ancaman itu, tetapi ia ini bingung bukan main dengan langkah apa yang harus diambil.

Suara gerbang terbuka membuat Hapsari membuka gorden kamar Kana dan melirik ke bawah. Gatra dan suaminya sudah pulang dari masjid usai menunaikan ibadah solat subuhnya.

"Ayah sama Om Gatra udah pulang, sebentar lagi matahari terbit," Ucap Hapsari yang kali ini membuat Kana membuka selimut dan menatapnya.

Wajah gadis itu seketika dibuat selemas mungkin, agar ibunya percaya akan rencana yang ia buat. "Badanku nggak enak, Bu. Aku nggak mau keluar kamar seharian ya."

Tentu saja, Hapsari segera mengecek suhu tubuh di kening putrinya. Tidak, sama sekali tidak demam. Tapi, entahlah bisa jadi memang anak itu sedang tidak baik-baik saja.

"Yaudah cepet subuhan dulu, nanti Ibu bawain obat sama sarapanmu," Sahut Hapsari sebelum dirinya melangkah ke arah pintu. Sebelum keluar, Hapsari memutar badannya menatap Kana.

"Awas kalo Ibu dateng kamu belum solat."

"Iya iya..."

Usai Hapsari keluar kamarnya, di situlah Kana terduduk dan berpikir keras. Ia sudah tidak punya muka bertemu dengan Gatra setelah aksi barbarnya kemarin.

Pasti Gatra akan menganggapnya perempuan yang tidak-tidak.

Perempuan bar-bar yang tidak tahu malu.

Kana terdiam sebelum menguncir rambutnya dan lekas menyambil wudhu untuk menunaikan solatnya. Usai dua rakaat ia tunaikan, Kana kembali duduk di ranjang dan membuka ponselnya, menunggu kedatangan Hapsari dengan sarapan dan obat tadi.

Dara AjudanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang