103B | Permintaan Cerai

7.7K 880 99
                                    

assalamualaikum! Setelah healing di tanah suci Alhamdulillah aku bisa kembali:)) aku doain semoga pembaca setiaku bisa segera dapet undangan spesial dr Allah untuk menjadi tamunya di tanah suci aamiin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

assalamualaikum! Setelah healing di tanah suci Alhamdulillah aku bisa kembali:)) aku doain semoga pembaca setiaku bisa segera dapet undangan spesial dr Allah untuk menjadi tamunya di tanah suci aamiin

assalamualaikum! Setelah healing di tanah suci Alhamdulillah aku bisa kembali:)) aku doain semoga pembaca setiaku bisa segera dapet undangan spesial dr Allah untuk menjadi tamunya di tanah suci aamiin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_____________

"Jawab Kana jujur, Bang!" Pekik Kana yang berusaha menahan volume suaranya sebab enggan didengar oleh ibu mertua maupun adik iparnya. "Apa salah Ayah ke Abang? Apa salah Ibu ke Abang? Apa salah keluarga Kana ke Abang?!!"

Kana mendorong kasar dada suaminya yang masih terdiam dengan fokus menatap tangisan istrinya. Tangis pedih, kecewa, bahkan kesedihan berpadu menjadi satu.

Tatapan Kana tajam pada suaminya sebelum tertawa, "Abang terlalu banyak sakit hati ke atasan Abang sendiri selama ini? Ayah terlalu sering marah? Abang sering dihukum? Abang dendam sama Ayah mangkanya semua ini Abang susun secara rapi tanpa kecurigaan Ayah sama sekali?!"

"Iya 'kan, Bang?!" Tanya Kana meminta sepatah kata saja keluar dari mulut suaminya. "JAWAB KANA, ABANG!!"

Detik itu juga Kana tak kuat menahan bobot tubuhnya sendiri. Ia terduduk dan menangis, persis di depan kaki suaminya.

"Hiks..." Tangisan itu benar-benar merobek hati Gatra saat ini. Ingin rasanya ia berlari pada Kana memeluknya erat, tetapi rasanya tak mungkin Kana akan menerimanya lagi. "Padahal... hiks... Ayah selalu banggain Abang di depan Kana. Abang ajudan paling baik yang pernah Ayah punya... Tapi ternyata... hiks..."

Wanita itu mendongak, melihat Gatra yang matanya memerah. Apakah pria itu menangis sebab perbuatannya telah terbongkar?

"A—apa... hiks... Apa salah keluarga Kana ke Abang sampe Abang tega?"

Lagi, Gatra lagi-lagi enggan membuka mulutnya untuk menjelaskan bahkan membela dirinya sendiri. Hingga Kana yang sudah menangis dari pagi merasa pusing setengah mati. Energinya habis total.

"Sekian banyak orang di bumi," Tutur Kana yang mulai melemah, tangisnya pun mulai sirna, "Kenapa harus seorang Gatra Jenggala yang tega ngelakuin semua ini...?"

Malaikat seperti Gatra rasanya tak mungkin melakukan semua ini. Parasnya yang menawan serta segala perilaku bagai pangeran rasanya mustahil menyimpan hati iblis di dalam pikirannya.

Dara AjudanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang