"Uhuk!" Suara batuk yang Kana buat-buat itu sudah terdengar layaknya batuk nyata. Tanpa mereka ketahui, Kana seratus persen sedang bersandiwara di klinik itu. "Aduh pusing," Keluhnya.
Pria yang mengantarnya ke dokter langsung melirik sejenak ke arah Kana sebelum sebuah suara menarik perhatiannya.
"Senderan di tembok toh, Na," Sahut Hapsari yang turut serta mengantar putrinya ke dokter. "Sabar, sebentar lagi obatnya jadi," Tambahnya.
Kana menghela napasnya sembari dengan tatapan pasrah melirik bahu tegap Gatra yang duduk di sampingnya. Tak sadarkah ibunya itu bahwa alas yang ingin ia sandari saat ini adalah bahu Gatra seorang?
Tiba-tiba jemari Hapsari menarik kepala gadis itu agar bersandar di bahunya, "Udah diem, senderan di bahu Ibu sini." Tuturnya.
Meskipun kerap kali jengkel pada anak semata wayangnya itu, nyatanya seorang ibu tetaplah memiliki nuraninya sebagai makhluk Tuhan berhati halus untuk darah dagingnya. Begitu juga dengan Hapsari, ia tampak tak tega dengan Kana yang nyatanya hanya bersandiwara.
Pundak ibunya tak sekekar pundak Gatra, malah justru keras karena tulangnya lebih dominan. Namun, tak apalah setidaknya Ibunya sudah tak marah-marah lagi.
Netra Kana seketika fokus saat telinganya mendengar suara perempuan yang bertanya sesuatu pada Gatra. Sontak saja, jiwa posesifnya muncul meskipun dirinya bukanlah sesuatu bagi pria itu.
"Oh masih nunggu obat," Ucap wanita itu dengan senyum malu-malunya. "Ya, emang sih, Mas, pancaroba gini ya, pinter-pinter atur pola makan, olahraga hehe."
Ekpresi Kana berubah jijik seketika. Apa-apaan dia? Diet coach kah?
Pria itu tampak menggeleng, "Nggak, Mba, ini yang sakit," kodenya seakan menunjuk Kana.
"Oalaah adeknya ya," Wanita itu melirik Kana yang masih bersandar pada Hapsari, "Cepet sembuh ya, Adek," Tutur wanita itu sebelum menyapa Hapsari juga.
What?
ADEK?!
Barusan telinga Kana tidak salah nih mendengar perempuan itu mengira dia sebagai adiknya Gatra? Astaga, Kana tidak percaya. Ya meskipun wajahnya memang imut dan lugu begini, tapi daripada adik, dia lebih cocok jadi istri.
"Thanks," Jawab Kana sekenanya. Ia memutar mata setelah wanita itu mulai fokus pada Gatra lagi. Haduh, 'kan sudah ia bilang, banyak wanita yang gatal pada pria itu.
"Adek kakak sama-sama cakep," Tutur wanita itu pada Gatra yang masih mengira bahwa Gatra dan Kana adalah saudara kandung dengan Hapsari sebagai ibu mereka.
Lagi, Gatra hanya mengangguk, "Nggak juga."
"Ah merendah aja, Masnya," Wanita itu tampak menutup wajahnya. "Mas anggota ya? Hehe, itu soalnya posturnya mirip-mirip anggota." Tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dara Ajudan
Romance[CERITA DIPRIVATE, FOLLOW DULU SEBELUM BISA BACA LENGKAP!] "Ayo pengajuan," Suara berat itu berhasil membuat mata lawan bicaranya sontak terbelalak. "Tapi..." Kana menggantungkan kalimatnya, "Aku nggak mau semua ini cuma karena Ayah," ucapnya lesu...