"Transaksi sudah deal, Pak Sadiman," Suara kecil dari dalam ruangan tersebut dapat dengan jelas didengar oleh Gatra.
Tak lama bunyi langkah sepatu itu mendekat, pertanda mereka akan segera keluar dari ruangan Sadiman. Gatra segera beranjak ke akuarium, menyelipkan senapan anginnya di sela dinding, dan berpura-pura sedang memberi makan ikan-ikan hias peliharaan keluarga komandannya.
"Tra," Panggil suara yang tak asing di telinganya.
"Siap, Komandan!" Ucapnya segera dengan posisi tegak.
Hatinya sedikit lega kala melihat Sadiman lah yang membawa rekanannya ke rumah ini. Entah mengapa kecerobohannya sampai tak menyadari kapan Sadiman keluar masuk rumah.
"Biar saya yang kuras itu akuarium sudah kotor ya," Ucap Sadiman pada akuarium yang sejatinya masih bersih itu. "Ah maaf, Roy, ini ajudan saya, Lettu Gatra."
Pria yang dipanggil Roy itu mengulurkan tangannya pada Gatra. Tentu saja Gatra mengelap tangannya terlebih dahulu sebelum bersalaman dengan Roy itu.
Tak lama Sadiman dan Roy berjalan keluar rumah tersebut, "Ya sudah saya pamit dulu, Pak Sadiman," Ucap Roy sebelum meninggalkan rumah itu.
Tentu saja Sadiman terus mendampinginya hingga depan gerbang. Masih di posisi yang sama, Gatra terdiam dan menatap aneh pada gelagat yang Roy tunjukkan. Mata elangnya menatap penuh selidik hingga mobil Roy sudah tak bisa ditangkap oleh retinanya lagi.
"Haduh," Sadiman mendudukan tubuhnya di atas sofa. "Ibu belum pulang?" Tanyanya pada Gatra.
Gatra bodoh yang tak mengecek keberadaan komandan dan istrinya itu mengangguk, "Belum, Komandan."
"Biasa, ibu gosip sama tetangga sebelah, Tra." Ucap Sadiman sebelum menyalakan televisi, "Kana di kamar ya? Belajar buat ujian mungkin anak itu."
Ah, tangan Gatra bergerak menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Bagaimana reaksi Sadiman kalau Gatra jawab putrinya saat ini bersembunyi di kamarnya?
"Mau saya cek, Ndan?" Tanyanya.
Sadiman menggeleng, ia menepuk sofa di sebelahnya mengisyaratkan Gatra untuk menemaninya, "Sini, Tra, liat ini minyak goreng lagi langka, ibu-ibu rebutan. Kayaknya saya tau apa yang Ibu gosipin sama tetangga sebelah."
Gatra terkekeh mendengarnya, memang nyatanya di lapangan seperti itu. Minyak goreng sedang langka dan kalaupun ada harga meroket sekali. "Iya, Ndan, lagi viral juga itu."
Sadiman mengangguk, "Nanti coba kita borong minyak goreng, bagikan ke istri-istri anggota satuan ya," Ucapnya, "Yang penting perkepala rumah kebagian semua."
"Siap, laksanakan, Komandan."
Sebuah jalan penyelesaian yang sangat tepat telah dilakukan oleh komandannya ini bukan?
[ D A R A A J U D A N ]
Bermenit-menit sudah Kana tengkurap di bawah ranjang Gatra yang sangat berdebu. Ia sampai membekap mulutnya, jangan sampai suara batuk karena debu berhasil memancing penjahat yang masuk rumahnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dara Ajudan
Romance[CERITA DIPRIVATE, FOLLOW DULU SEBELUM BISA BACA LENGKAP!] "Ayo pengajuan," Suara berat itu berhasil membuat mata lawan bicaranya sontak terbelalak. "Tapi..." Kana menggantungkan kalimatnya, "Aku nggak mau semua ini cuma karena Ayah," ucapnya lesu...