5 | Guci Jerman

24.4K 3K 33
                                    

Kepala Kana menggeleng keras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kepala Kana menggeleng keras. Demi Tuhan rasanya membayangkan Gatra memiliki kekasih saja menyesakkan dada gadis itu. Apa yang harus ia perbuat saat ini?

"Kak Kana?" Panggil Nilam di seberang sana yang melihat Kana melamun.

"Nggak boleh, Nil," Sahut Kana tiba-tiba. "Om Gatra nggak boleh pacaran."

Nilam mengernyitkan keningnya bingung. Reaksi spontan Kana betul-betul tak ia duga, reaksi itu juga berhasil membuatnya terkejut. "Eh kenapa, Kak?"

Kana menoleh cepat ke layar ponsel Gatra, "Eh bukan maksudku... 'Kan Om Gatra alim, masa pacaran? Kayaknya nggak mungkin deh hehe..."

Nilam tersenyum kaku. Ucapan Kana ada benarnya juga. Tidak elok rasanya kalau memikirkan kemungkinan Gatra akan memiliki seorang kekasih, terlebih diam-diam.

"Om Gatra juga nggak ngebolehin aku pacaran, Nil," Adu Kana pada adik Gatra itu. "Mungkin dia juga nggak mau aku dosa kali ya."

Bukan, yang Kana harapkan adalah Gatra tak mengizinkannya karena pria itu cemburu melihatnya bersama cowok lain. Aih, astaga, bukan Kana kalau mimpinya tidak ketinggian.

"Beneran begitu, Kak?" Tanya Nilam. "Kok aku nggak dilarang?"

"HEH?!" Pekik Kana yang hatinya berdansa tak karuan saat ini. Kalau hanya dirinya saja yang tak diperbolehkan berkencan, artinya, benar bukan, Gatra cemburu bila ia dekat cowok lain!

Nilam mengangguk, "Iya, Bang Gatra nggak ngelarang, nggak setuju juga. Dia kayaknya yakin kalo aku bakal ngejomblo terus deh."

Ah, Kana menghela napas kecewanya. Sebenarnya Gatra juga tak melarangnya, hanya konotasi saja seperti itu. Padahal Kana berharap sekali pria itu cemburu bila ia membicarakan seorang pacar.

Kana tersenyum dan mengangguk kaku, "Bagus kalo gitu, hehe." Kecewa dirinya bukan yang istimewa untuk Gatra, meskipun ia tahu itu.

"Kak Kana," Panggil Nilam, "Bang Gatra kemana?" Tanyanya.

Detik itu juga pintu kamar Gatra terbuka lebar, menampilkan Gatra dengan ekspresi santainya. Sontak hal itu memancing keterkejutan bagi Kana. Gadis itu segera mematikan panggilan dengan Nilam dan menyembunyikan ponselnya.

"Kana," Panggil Gatra dengan suara beratnya.

"E--eh, Om?" Pertanyaan spontan keluar dari mulutnya. "Am--aman?"

Gatra menaikkan satu alisnya menyaksikan gelagat Kana yang juga aneh. Mengapa orang-orang ini seketika berlomba-lomba menjadi aneh?

Kepalanya mengangguk mengiyakan, "Tadi Ayah kamu sama temennya. Saya kurang fokus, ternyata udah pulang, kirain siapa main masuk rumah orang sembarangan."

Kana mengangguk kikuk, baiklah ia percaya Gatra tak mencurigainya. "Ibu udah pulang?"

Gatra mengangguk, "Di depan kata Ayahmu. Tadi Ayah nyariin kamu juga."

Dara AjudanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang