Tin! Tin! Tin!
Suara klakson berturut-turut berhasil memekakan telinga milik Kana. Gadis itu dengan cepat menusukkan jarum pentul ke hijab segiempat yang senada dengan seragam pramukanya hari ini.
"Sabar dikit kenapa sih?" Ketusnya dengan tingkah manusia menyebalkan di bawah.
Setelah dirasa rapi, Kana meraih tasnya dan segera keluar dari kamar. Namun, saat handle pintu dibuka, benda kecil yang bersandar di sana terjatuh di atas kakinya. "Eh apa nih?" Tanyanya.
Tubuh Kana membungkuk, jemarinya meraih benda apa yang dibalut paper bag cokelat itu. Perlahan, ia mengeluarkan benda empuk tersebut dari bungkusnya.
"Ih lucunya," Binar matanya memukau saat melihat boneka beruang mini berseragam loreng itu. "Pasti dari Ayah." Tuturnya lagi.
Kana memasukkan boneka tersebut ke dalam tas sebelum berlari keluar. Ia memakai sepasang sepatu di teras dan segera memasuki mobil yang sudah terdapat Gatra di dalemnya.
"Lama banget kamu," Protes Gatra saat Kana memasuki mobil itu.
Kana mengangguk santai, "Cepet kok, cuma tadi ada kejutan dari Ayah, jadi agak lama."
Gatra memutar stir mobil untuk mengeluarkan mobil itu dari gerbang rumah Sadiman. "Alesan," Nyinyirnya. "Bilang aja terlambat bangun."
"Fitnah terus kerjaannya," Ucap Kana. Ia melirik Gatra yang sudah dengan pakaian dinasnya itu, "Om mau kemana? Kok seragaman?"
Rahang tegas Gatra terus diangkat, fokus pada jalanan di depan, tanpa menoleh sedikitpun pada Kana. "Dampingin Ayah kamu upacara nanti. Kamu kelamaan jadi Bapak duluan 'kan."
"Lah kok salah aku?" Tunjuk Kana pada dirinya sendiri.
"Ya salah kamu, kalo kamu selesai dari tadi, saya bisa bareng sama Bapak. Karena nganter kamu jadi Bapak duluan."
"Siapa juga yang nyuruh nganter aku sekolah?" Balas Kana. "Aku juga nggak minta, bisa minta tolong Rayan pake mobil barunya."
"Iya gitu kalo kamu mau saya ditegur Ayahmu." Jawab Gatra pada Kana.
Kana terdiam, ia tak bisa menyalahkan Gatra yang lebih memilih mengantarnya lebih dahulu sementara Ayah dan Ibu berangkat duluan. Tapi ia juga tak berniat untuk minta maaf pada pria yang hari ini tampak begitu gagah dengan seragam PDU nya itu.
Kana berdecak sebelum ia berbicara, "Tadi Ayah ngasih aku sesuatu, ditaro depan pintu." Ucapnya.
Ucapan itu berhasil membuat mengerem mendadak saat fokusnya pecah dan hampir menabrak mobil yang berhenti di depannya.
"Pelan-pelan dong, Om!" Protes Kana. "Kalo aku kenapa-napa gimana?! ish."
"Tadi," Gatra menggantungkan ucapannya, "Ayah ngasih apa?"
Tangan Kana membuka resleting tasnya. Kemudian masuk ke dalam merogoh isi tas untuk mencari benda kecil empuk yang ia dapat dari ayahnya tadi.
"Ini!" Kana menunjukkan boneka beruang berseragam loreng itu pada Gatra. Pria itu sontak terdiam dan menelan ludahnya.
"Ayah so sweet banget deh nggak ada obat," Ucapnya dengan senyum bahagia. "Ibu dulu setiap hari diperlakuin se so sweet ini kali ya sama Ayah. Hih gemes."
Nyatanya bukan Ayah yang kasih itu, Kana. Batin Gatra.
"Bagus nggak, Om?" Tanya Kana.
Gatra mengangguk kaku, "Hmm, bagus." Jelas bagus, pilihannya tak pernah salah.
"Om Gatra," Panggil Kana, "Tolong sampein ke Ayah makasih dari aku ya, buat bonekanya lucu banget. Aku suka."
"Iya sama-sama." Sahut Gatra.
Kana berdecak sebal, "Buat Ayah, bukan Om Gatra." Protesnya. "Om, sini aku bisikin."
Tubuh Kana bergeser ke arah kanan, mendekat kepada Gatra. Bibirnya ia dekatkan pada telinga pria itu. Sejenak ia terdiam, aroma maskulin tubuh Gatra luar biasa sopan menyeruak ke dalam indra penciumannya.
"Apa?" Ketus Gatra yang tak kunjung mendapat kata yang ingin gadis itu ucapkan.
"Sabar," Sahut gadis itu, "Om Gatra wangi banget, pake parfum apa?"
Tubuh Kana kembali ia dekatkan pada Gatra hanya untuk menghirup aroma yang muncul dari tubuh pria itu. Demi Tuhan, bau maskulin itu begitu candu.
Membayangkan setiap hari memeluk Gatra dengan wangi seperti ini berhasil membuat Kana melayang. Rasanya ia betah seharian tak melakukan apapun, bahkan bermain ponsel jika itu bersama Gatra.
"Saya mandi," Jawab Gatra. "Emang kamu, nggak pernah mandi."
Kana sontak menepuk lengan Gatra dengan cepat, "Enak aja! Aku mandi setiap hari. Dulu aja jarang mandi bau matahari, sekarang mah udah beda."
"Inget nggak kamu, berapa kali Ibu marah-marah cuma nyuruh kamu mandi?" Tanya Gatra mengingat-ingat Bu Hapsari yang emosi karena putrinya enggan mandi.
"Nggak usah bahas ah," Kana duduk bersandar di joknya lagi. Ia malu dengan peristiwa itu. Bodoh sekali, mengapa dulu ia harus sejorok itu?
Gatra tersenyum tipis, senyuman yang tak dilihat oleh Kana itu. "Soalnya kalo man---"
"Om!" Tegur Kana yang sudah tak mau membahas perkara mandi.
Gatra terkekeh dengan reaksi Kana. Serius, baginya ini lucu sekali berurusan dengan bocah satu itu.
Mobil yang Gatra kendarai berhenti di depan gerbang sekolah Kana. Buru-buru gadis itu melepas seatbeltnya dan bangkit dari jok sebelah kursi pemudi itu.
"Kana," Panggil suara berat Gatra yang menghentikan gerakannya.
"Apaan?!" Tanyanya dengan ketus.
"Boneka beruang itu bukan dari Ayah," Ucap Gatra, "Tapi dari saya."
[ D A R A A J U D A N ]
asik sehari 2x up huehe, ayo vote+ spam komennya jgn lupa ya sis
KAMU SEDANG MEMBACA
Dara Ajudan
Romance[CERITA DIPRIVATE, FOLLOW DULU SEBELUM BISA BACA LENGKAP!] "Ayo pengajuan," Suara berat itu berhasil membuat mata lawan bicaranya sontak terbelalak. "Tapi..." Kana menggantungkan kalimatnya, "Aku nggak mau semua ini cuma karena Ayah," ucapnya lesu...