Pria dengan kaos dalaman berwarna loreng itu tengah terduduk diam di atas ranjang yang disediakan Sadiman untuknya. Netra tajamnya menatap lembaran-lembaran kertas yang berada dalam genggamannya. Tak bisa ia pungkiri, ketidaksesuaian isi dalam lembaran-lembaran itu membuat kepalanya serasa akan pecah.
"Aneh," Gumamnya mencoba mencari kemungkinan bahwa dirinya mungkin saja keliru. Lagi, Gatra kembali fokus membaca ulang isi lembaran-lembaran di genggamannya.
Jika memang isi dengan kenyataan tidak sesuai, artinya ada sesuatu yang salah atau keliru dari semua ini. Mata elang pria itu memicing, mungkinkah dirinya salah saat mencatat?
Atau memang ada yang tidak benar?
Kalau ada yang tidak benar, sebenarnya apa yang dilakukan Komandannya itu?
Gatra menghela napasnya. Ia masih mencoba tenang dalam berpikir, tak ingin terburu-buru dan justru malah berprasangka buruk pada komandannya sendiri.
Tangannya terulur ke arah laci nakas dan mengambil ponselnya di atas sana. Mencari nomor kontak seseorang yang mungkin bisa membantunya menjawab teka-teki ketidaksesuaian data ini.
Tapi, kalau ia menghubungi nomor itu bukankah artinya ia akan membocorkan 'dapur' Sadiman yang notabenenya mempercayakan banyak hal kepada Gatra?
Demi Tuhan, Gatra begitu curiga pada Sadiman saat ini.
"Om Gatra!"
"Allah..." Gumam Gatra yang terkejut mendengar suara perempuan. Bagaimana tidak terkejut? Suara itu muncul saat dirinya tengah fokus menimbang apakah perlu menghubungi nomor itu.
Pemilik suara perempuan itu mengernyit bingung, "Hayoo buka apa hayoo sampe kaget gitu ada aku," Godanya pada Gatra yang memang tadi terkejut dan refleks menyembunyikan ponselnya.
"Bukan apa-apa," Jawab pria itu.
"Ih nggak nyangka, padahal Om Gatra 'kan alim, soleh, anak baik-baik," Ucap Kana yang memicing, "Ternyata semua laki-laki sama aja sukanya nonton begituan!" Ledeknya.
Gatra menghela napas dan berdiri dari duduknya, kaki panjangnya menghampiri Kana yang berdiri di daun pintu kamarnya.
"Saya nonton apa?" Tanyanya yang justru bertanya balik pada Kana yang tergagap karena bingung harus menjawab dengan kata-kata apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dara Ajudan
Romance[CERITA DIPRIVATE, FOLLOW DULU SEBELUM BISA BACA LENGKAP!] "Ayo pengajuan," Suara berat itu berhasil membuat mata lawan bicaranya sontak terbelalak. "Tapi..." Kana menggantungkan kalimatnya, "Aku nggak mau semua ini cuma karena Ayah," ucapnya lesu...