Playlist ~ Masih (Rosa)
________
Semakin hari, kesehatan Hapsari semakin menurun. Perutnya terasa begitu sakit meskipun ia sudah memanggil dokter untuk memeriksanya dan mulai makan teratur, walaupun harus dengan pil penambah nafsu makan.
Anak gadisnya pun bingung apalagi yang harus ia lakukan. Apapun ia coba agar ibunya mulai makan normal, tapi selalu setelahnya pasti akan dimuntahkan.
Dokter bilang, indikasi bullimia.
Dalam gelisahnya menatap keringkihan tubuh sang Ibu membuat Kana kehabisan akal. Setiap malam, Ibu memukuli dadanya pelan karena mungkin penyakit jantungnya kambuh lagi.
Ah, tiba-tiba sebuah ide melintas di dalam benaknya. Buru-buru ia mengganti pakaian dan tampil rapi pagi ini. Netranya tak sengaja menangkap figura di meja yang menampilkan foto keluarga dan Om Gatra di sana.
Perlahan jemari Kana terangkat untuk menyentuh pelan bibir ranumnya. Mengingat kejadian dimana bibirnya bertindak di luar nalar itu berhasil membuat pipi Kana memerah.
"Lagian nggak boleh pegang pake tangan," Gumamnya. "Nggak salah dong pake bibir?"
Kana menggelengkan kepalanya, malu. Entah di sana apa yang akan Gatra pikirkan tentangnya nanti.
Kini matanya melirik bekas tisu yang banyak terbuang karena air matanya. Kesedihannya terasa sangat luar biasa hingga sampah tisu yang berserakan dapat menjadi sebuah saksi.
"Yuk bisa, Kana! Semangat!" Gumamnya sembari memunguti sampah-sampah bekas tisu tersebut dan membuangnya ke tempat sampah. "Jangan sedih lagi! Om Gatra pasti seneng juga di sana," Monolognya menyemangati diri sendiri.
"Secara dia 'kan ganteng, baik, soleh, ya walaupun galak, pasti banyak yang ngincer. Nggak mungkin dia nggak bahagia di luar sana," Monolog Kana lagi.
Kalau Om Gatra sudah bahagia, bagaimana dengan dirinya? Kapan kebahagiaan itu akan segera hadir?
Usai dengan urusan di kamarnya, kaki kecil Kana melangkah ke kamar Hapsari untuk menyiapkan pakaian yang akan wanita itu kenakan.
"Ibu," Panggil Kana membangunkan Hapsari dalam tidurnya. "Kita jenguk Ayah yuk!" Ajaknya.
Tanpa banyak bicara, Kana membantu Ibunya yang lemah untuk duduk dan mempersiapkan diri. Kana juga membantunya duduk di kursi roda agar Hapsari tak perlu keberatan menahan bobot tubuhnya sendiri.
Tak lupa Kana juga menyiapkan segala kebutuhan Ayahnya, mulai dari kopi, rokok, dan macam-macam lainnya. Ia keluarkan dari bungkusnya dan mengemasnya kembali dalam plastik bening.
Usai semua, ia mendorong kursi roda Ibunya ke arah teras. Sekarang ia menyesal karena tak belajar mengemudi sejak dulu. Mau tidak mau ia membuka aplikasi taksi online dan memesan rute ke rumah tahanan di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dara Ajudan
Romance[CERITA DIPRIVATE, FOLLOW DULU SEBELUM BISA BACA LENGKAP!] "Ayo pengajuan," Suara berat itu berhasil membuat mata lawan bicaranya sontak terbelalak. "Tapi..." Kana menggantungkan kalimatnya, "Aku nggak mau semua ini cuma karena Ayah," ucapnya lesu...