79A | Mertua Tak Selalu Sama

14.4K 1.1K 160
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mashaallah 6

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mashaallah 6.6 LUDES, makasih banyak yg udah checkout! Yang belum nyobain new mowteaslim yuk lgsg ke Shopee skrg!!

_____________

Playlist ⏯️ Bebas
Vomment? Wajib.

_____________

Kelopak mata gadis belia itu terbuka kala mendengar suara mengaji dari toa masjid berkumandang. Tangannya bergerak meraba sisi lain ranjang dan tak menemukan suaminya di sana. Entah kemana Gatra pergi, Kana tak tahu. Walaupun hatinya gelisah tak menentu, ia hanya bisa melirik ponselnya berharap kabar dari Gatra segera ia dapatkan.

Kakinya melangkah untuk segera keluar dari kamar itu. Kamar yang rasanya menjadi saksi bisu berdarahnya hati Kana dalam sunyi karena Gatra lebih mengutamakan panggilan atasan daripada dirinya yang sudah separuh telanjang sebetulnya luas dan nyaman, kalau saja berduaan bersama Gatra, pasti dirinya enggan keluar.

Namun, kakinya tetap berjalan keluar ke arah lobby untuk sekadar mencari angin dan menunggu suaminya.

"Kau?!" Suara lengkingan serak basah milik wanita tua dengan turbannya itu membuat Kana terlonjak. "Untuk apa lah kau masih kemari? Kurang puas hati kau tu buat obrak-abrik hidup aku?!"

Bukannya panik bertatap muka dengan ibu mertuanya, kini gadis itu justru panik kalau lengkingan omelan Mak Samil terdengar satpam. Bisa-bisa diusir mereka dari sini.

"Tante kok nggak tidur?" Tanya Kana polos. Memang matahari belum nampak batang hidungnya.

Kana memilih memanggil ibu mertuanya dengan sebutan 'tante' sebab ia sadar diri kalau wanita paruh baya itu masih enggan menerima statusnya sebagai menantu saat ini. Jangankan menerima, untuk melihat wajahnya saja Mak Samil enggan.

Apakah itu wajar ketika orangtua tak bisa menerima dan mempercayai pilihan anaknya sendiri?

Hebatnya, Kana bisa menenangkan diri saat bertemu Mak Samil berkat psikolog baik hati yang ia temui tempo hari. Kana mulai bisa mengatasi cemas berlebihannya itu.

"Tante tante..." Gerutu Mak Samil. "Kau yang sopan ya jadi perempuan! Aku ini jauh lebih tua daripada kau! Anak ingusan!" Ketusnya.

Ah, Kana menggigit bibir bawahnya. Ternyata salah ya memanggil orang yang lebih tua dengan sebutan 'Tante?'. Padahal di sekolah biasanya Kana memanggil ibu dari teman-temannya dengan sebutan itu.

Dara AjudanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang