115 | Akulah Targetnya

6.4K 657 20
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alhamdulillah yg ditunggu2 akhirnya ready lagi! Terima kasih yaa kmrn sempet sold out🥹 Bisa diorder yuk dijamin fresh banget! no pengawet

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alhamdulillah yg ditunggu2 akhirnya ready lagi! Terima kasih yaa kmrn sempet sold out🥹 Bisa diorder yuk dijamin fresh banget! no pengawet

📌Shopee = mowteaslim
📌Whatsapp = 0896032104731

______________

Pandangan mata elangnya pada sosok jenazah pria malang itu membuat hati Gatra mencelos. Bukan tanpa sebab jenazah itu diletakkan di sekitar kantor polisi, mereka tidak tahu dimana markas persembunyian pasukan yang dipimpin Gatra.

Wajahnya hancur, hampir tak tersisa. Bahkan bola matanya terlepas dari tempat semula. Apa yang penjahat-penjahat itu lakukan pada tubuh malang ini? Dimanakah hati mereka memperlakukan manusia sedemikian rupa?

"Serahkan dirimu sekarang," Eja pria berseragam resmi anggota kepolisian pada kertas yang berhasil diamankan. Kertas itu dikalungkan di leher mayat tersebut. "Buat siapa ini?" Tanyanya.

"Saya kurang paham," Jawab Gatra sembari mengeletukkan gigi gerahamnya. Jelas tulisan tersebut untuknya.

"Nanti kami selidiki lebih lanjut maksudnya ini semua," Tutur polisi tersebut. "Sekarang fokus identifikasi jenazah terlebih dahulu."

Setelah membaca pesan di ponsel Kana, pria itu menangkap sinyal bahwa RVS telah mencuci otak istrinya dan membuat seakan-akan Gatra lah yang bersalah. Ia juga mendorong Kana untuk mengumpulkan segala bukti di rumah yang bisa mempidanakan suaminya sendiri.

"Mereka belum tau markas di hutan," Petinggi kepolisian di daerah itu mengucapkan fakta tersebut pada pimpinan Gatra. "Sehingga menakut-nakuti prajurit lewat kami."

Mayjen pimpinan Gatra menjabat tangan polisi tersebut. Mereka bekerja sama dalam menumpaskan kejahatan di dalam hutan bersama-sama.

"Tidak perlu terkecoh, markas kami pastikan aman," Tutur petinggi kepolisian itu, ia akan mengatur penjagaan lebih ketat baik di sekitar kantornya maupun jalan masuk ke dalam markas. "Terima kasih atas kerja samanya, Mayjen, Letnan."

Selama perjalanan, Gatra mengemudikan kendaraan off-road itu dengan pelan meskipun pikirannya melayang entah kemana. Mulutnya membisu, setelah membaca pesan di tubuh mayat itu.

Dara AjudanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang