Gatra Jenggala, seorang perwira bermental baja dari keluarga sederhana di kampung halamannya, membaca pesan paling atas, tentu saja dari adiknya, Nilam. Matanya menyipit kala pesan pendek itu menarik perhatiannya.Nilam
Mak mau bicara sama AbangTentu saja tanpa banyak menunggu, Gatra langsung menelepon nomor adiknya itu untuk terhubung dengan ibu tersayang. Beberapa saat kemudiam Nilam mengangkat video call dari Abangnya.
"Mak ada?" Tanya Gatra menatap wajah Nilam di sana. Gadis itu mengangguk dan segera memanggil ibu mereka.
"Assalamu'alaikum, Bang!" Samil, Ibu Gatra, tampak dengan senyum bahagianya menyambut pria tersebut. "Nggak ada tugas kau, Bang?"
Gatra mengangguk, melihat ibunya sehat membuat semua tentang hidupnya menjadi baik-baik saja. "Waalaikumussalam, Mak, ini lagi libur. Komandan nggak ada acara."
Mak Samil mengangguk, "Mak denger dari Maknya Patra, kalian ketemu kemarin itu ya di mana itu, Bang?"
"Upacara pelepasan prajurit, Mak, buat diberangkatkan ke PBB."
"Wah, Mashaallah kerennya," Satu hal yang Gatra suka dari berbicara dengan Samil adalah ibunya ini selalu tampak antusias dengan segala pembicaraan. "Patra itu betul-betul, Bang, keras latihannya di sini. Pengen kaya kau katanya. Alhamdulillah apa yang dia mau diijabah."
"Anak itu emang ambisius, Mak. Kemarin nggak nyangka juga ketemu Patra di sana." Tutur Gatra. "Dia pengen gabung prajurit itu juga katanya."
"Iyo?" Tanya Mak Samil dengan wajah terkejutnya. "Kau ikut juga lah bareng sama kembaranmu itu, Bang, HAHAHA..." Mak Samil tertawa membayangkan mereka akan diberangkatkan bersama.
"Masih ada tugas di sini, Mak. Masih ngawal Komandan." Ucap Gatra.
Mak Samil mengangguk, benar juga, anaknya sedang mengemban amanah yang lain. "Ngomong-ngomong, Bang, mau 'kah Mak carikan puan buat Abang?"
Pertanyaan Mak Samil barusan berhasil membuat Gatra terdiam. Ia sejujurnya masih belum tertarik ke arah sana. Namun, jika ia menolaknya, mungkin ibunya itu akan kecewa.
"Terserah Mak aja," Jawab Gatra dengan senyum lembutnya. "Awak nurut."
Mak Samil lagi-lagi tertawa, "Antre di sini itu, Bang, banyak puan yang mau sama Abang tuh. Pokoknya Mak bakal carikan yang paling mantap buat kau. Yah, minimal dokter lah ya? Eh apa kaya anaknya Pak Amid ya dia 'kan pramugari, siapa itu namanya? Cantik kali dia itu," Mak Samil tampak berpikir, "Ah sudahlah nanti Mak carikan yang terbaik buat kau, Bang."
Gatra hanya mengangguk-anggukkan kepalanya mengiyakan penuturan ibunya tersebut, "Iya, Mak."
"Tau tak kau? Tetangga-tetangga tuh tak ada yang percaya. Anak Mak Samil si kembang desa itu perwira? Sumpah, Bang, tak ada yang percaya mereka. Pas tau di tv sama dari... apa itu... sosmed itu Mak ditunjukkan Nilam, kaget semua seketika Hahaha..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dara Ajudan
Romance[CERITA DIPRIVATE, FOLLOW DULU SEBELUM BISA BACA LENGKAP!] "Ayo pengajuan," Suara berat itu berhasil membuat mata lawan bicaranya sontak terbelalak. "Tapi..." Kana menggantungkan kalimatnya, "Aku nggak mau semua ini cuma karena Ayah," ucapnya lesu...