34 | Ibu yang Malang

17.7K 2.4K 95
                                    

__________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


__________

Playlist ~ Rela ( Shanna Shannon)

___________

Vote sebelum baca😍 Komen jangan lupa ya! Happy reading ❤️

__________

Setelah putusan pengadilan militer menetapkan Sadiman sebagai tersangka, seminggu sudah Hapsari mogok makan. Nafsu makannya hilang beriringan dengan detik ketika sang suami angkat kaki dari rumah ini.

"Bu," Panggil Kana yang membawa nampan berisi makanan untuk diberikan kepada sang ibu. "Makan dulu, Ibu baru makan berapa suap hari ini," Ucapnya.

Netranya menatap nanar sang Ibu semenjak kepergian ayahnya. Gairah hidup yang Hapsari miliki pun seketika hilang begitu saja. Rasanya nelangsa, suaminya ada, tapi tak lagi berada di sisinya.

Hapsari melirik Kana sebelum mengangguk pelan, "Nanti Ibu makan, Na." Tuturnya dengan senyum tipis. Perempuan paruh baya itu menghargai kerja keras putrinya yang begitu peduli dengan kesehatannya.

Kana terdiam memperhatikan Ibunya itu. Ibunya tak lagi gemar memarahinya, energinya sudah terkuras habis oleh air mata yang tak kunjung reda. Ah, Kana merindukan itu semua.

Dimarahi ibu nyatanya tidak seburuk itu. Kalau sudah begini, ia hanya bisa mengenang suara yang dulu ia anggap berisik itu.

"Ayah pasti sedih ngeliat Ibu begini," Tutur Kana tiba-tiba. Gadis itu melangkah mendekati sang Ibu dan duduk di tepian ranjang usai meletakkan makanan di nakas. "Aku nggak punya siapa-siapa lagi kalo bukan Ibu."

Genangan air di matanya sudah menumpuk, sepertinya sebentar lagi akan tumpah, "Ibu masih punya aku. Kalo Ibu nggak ada, aku sama siapa?" Tanyanya.

Ia tahu Ibunya memiliki penyakit bawaan, jantung dan maag akut. Kalau ibunya mogok makan begini, risiko besar itu mengancam kesehatannya. Dan percayalah, tidak ada satu anakpun yang bersedia mengambil risiko itu.

Hapsari menjatuhkan lirikannya pada putri satu-satunya itu, "Berat hidup Ibu tanpa Ayah, Na..." Ucapannya itu terdengar begitu pelan.

Dalam remangnya lampu malam itu, Kana menahan isakannya. Bukan hanya Hapsari yang merasa berat tanpa kehadiran Sadiman, Kana pun sama. Ia kehilangan sosok ayah yang begitu ia sayangi.

"Ayah pasti juga berat tanpa Ibu di sana," Ucapnya. "Tapi setidaknya, Ibu sama Ayah masih bisa ketemu 'kan? Nanti kita jenguk Ayah di sel. Kalo Ibu mau refreshing bisa ke rumah Yangti Akung besok."

Hapsari menggeleng, "Ibu... Ibu malu, Na. Ibu malu sama keluarga besar Ibu kalau tau apa yang menimpa kita."

"Kenapa malu?" Tanya Kana yang bingung. Selama ini ia merasa neneknya baik-baik saja memperlakukan keluarga kecil Sadiman. "Ibu 'kan nggak nyol----ah."

Kana mengatupkan mulutnya. Kalimat yang biasa ia lontarkan bila ada temannya yang merasa malu itu saat ini tak berlaku lagi.

Untuk apa malu? Kamu 'kan bukan pencuri.

Dara AjudanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang