89B | Tertawan Hati

11.4K 1.2K 130
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Promo 10

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Promo 10.10 MASIH ADA🥰🥰
💕Shopee/ig : mowteaslim
💕 WhatsApp : 0896032104731

______________

Playlist ⏯️ Tertawan Hati (Awdella)
"Tak mau kehilangan, tapi lelah berjuang."

_______________

Chapter ini aku bonusin panjang sama dengan double up alias dua chapter sekaligus. Tolong apresiasinya yap, vomment yang rame🥰

______________

Jemari lentik yang basah karena tetesan air mata itu membelai lembut figura kecil. Tampak gagah perkasanya seorang Sadiman dan anggun wibawanya seorang Hapsari. Pasangan yang sangat serasi beratu membuat setiap mata iri.

"Memang..." Gumam Kana yang air matanya sudah mengering di pipinya. "Nggak ada yang sayang sama Kana sebesar kasih kalian, Yah, Bu."

Kegemarannya saat merasa sedih ialah bermonolog dengan figura. Atau apapun yang menggambarkan sosok orangtuanya. Bercerita di sana seakan mereka mendengarnya.

"Apa menyayangi Kana sesulit itu?" Tanyanya lagi pada figura itu. "Kalo Om Gatra belum ada perasaan ke Kana sampai sekarang, Kana nggak masalah kok."

Lagi, air mata itu tanpa sadar kembali menetes di pipinya. Dibiarkan begitu saja oleh Kana. Kepalanya sudah terasa berat karena tangis sedari tadi.

"Tapi setidaknya jangan kasarin Kana," Tambahnya lagi.

Selama hidupnya, hampir tidak pernah ia mendapat makian, bentakan, atau kekerasan dari ayahnya. Kekar dan menyeramkan di medan perang, tapi sangat amat lembut menghadapi istrinya.

Berbeda seratus delapan puluh derajat dengan suaminya.

"Kana cuma belum siap, Yah, Bu. Hati Kana belum mampu dimaki-maki orang yang Kana sayang." Tuturnya pada figura itu lagi. "Jadi rasanya..."

"...sakit."

Kali ini ibu jarinya bergerak menyentuh wajah ayahnya di figura itu, "Ayah nggak pernah marahin bahkan kasarin Kana. Makasih ya, Ayah, makasih udah meratukan Ibu sama Kana."

Dara AjudanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang