Tinggalin jejakmu dengan vote dan komen nya yaa supaya aku semangat update Om Gatra & Kananya💪
_________________
Playlist ~ Kasih Tak Sampai (Covered by Della Firdatia)
Wajib dengar!
_______________Sudah, lambat sudah.
Kini semua, harus berakhir
Mungkin inilah jalan yang terbaik,
Dan kita,
Mesti relakan kenyataan ini._________________
"Ayah ditangkep..." Kana menunduk meneteskan air matanya, sebelum ia menghela napas, "...DAN OM PERGI BEGITU AJA?!"
Gatra hanya diam, merelakan tubuhnya dijadikan samsak hidup oleh gadis remaja itu. Ia paham, rasa sakitnya tidak sebanding dengan sakit yang dirasakan oleh Kana ketika menghadapi ini semua.
Kana yang tidak terima dengan semua itu segera mengusap air matanya dan berlari ke kamar. Hari ini sama sekali tidak bersahabat dengannya. Bagaimana mungkin ia harus kehilangan dua orang yang ia sayangi begitu saja?
Terlebih Gatra, pria yang dalam diam ia taruhkan perasaan di dalamnya.
Apakah harus berakhir bahkan sebelum sempat dimulai?
Apakah harus rela dengan kenyataan?
Kana yang terus terisak menutup pintu dengan keras. Namun, pintu tersebut berhasil ditahan oleh tangan Gatra. Ya, pria itu mengikuti Kana hingga kamarnya, berniat untuk menjelaskan segala yang terjadi pada gadis muda itu.
"Kana," Panggilnya pelan pada gadis yang hatinya masih terasa perih itu. Kana menunduk dengan bulir-bulir air mata yang terus saja tumpah.
Tak ada respon dari lawan bicaranya membuat Gatra menghela napas dan memilih bersandar di dinding kamar gadis muda itu. Ia bingung bagaimana harus memperlakukan perempuan yang sedang menangis seperti ini? Karena jujur Gatra sama sekali tak berpengalaman.
"Saya minta maaf," Tuturnya. Ya, sama sekali tak ada jawaban dari Kana selain suaranya yang tengah menangis.
Gadis itu mendongak, menatap Gatra dengan mata merahnya. "O---om tau..." Tanyanya. "Om Gatra itu ajudan paling nggak setia di seluruh dunia."
Tentu, hati Gatra tertohok mendengar hinaan itu. Tetapi kepalanya tetap mengangguk, mengiyakan. Segala usaha yang telah ia lakukan mungkin nyatanya belum sempurna di mata Kana.
"Om tau Kapten Pierre Tendean yang bahkan rela gugur untuk ngelindungin Jenderalnya?" Tanya Kana yang lagi-lagi tidak terima.
"Itulah yang dinamain ajudan, Om! BUKAN AJUDAN YANG JUSTRU KABUR PAS KOMANDANNYA ADA DI TITIK TERENDAH!!"
Kana berteriak lagi sebelum kembali menangis. Hatinya terlalu merasakan luka itu. Terlebih merasa terkhianati oleh Gatra yang justru memilih pergi.
Kepala gadis itu menggeleng sebelum terkekeh kecil, "Seharusnya ajudan ayah bukan Om Gatra," Ucapnya kembali memojokkan pria itu. "Ayah mestinya bisa mendapat ajudan yang sesetia Kapten Pierre. Bukan pengecut kaya Om Gatra."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dara Ajudan
Romance[CERITA DIPRIVATE, FOLLOW DULU SEBELUM BISA BACA LENGKAP!] "Ayo pengajuan," Suara berat itu berhasil membuat mata lawan bicaranya sontak terbelalak. "Tapi..." Kana menggantungkan kalimatnya, "Aku nggak mau semua ini cuma karena Ayah," ucapnya lesu...