____________
Karna kemarin ga update, aku double update jadi satu yaa!! jadi ini harusnya 2 chapter sm mingdep tp ku gabungin. PLIS JGN PELIT VOMMENT KRN AKU JG GA PELIT UPDATE😘
kalo kalian ga pelit, inshaallah updatenya lancar
____________
Suara peluru yang saling bersahutan terdengar lantang. Tak ada yang berniat untuk mengalah atau mengibarkan bendera putih. Misi ini harus terlaksana dengan sempurna. Kasus ini pun harus ditutup dengan rapi.
Agar tak ada nyawa yang terancam lagi, tak ada prajurit yang harus berkorban jiwa raganya lagi, dan tak ada keluarga yang meratapi kepergian anggota keluarganya untuk kesekian kali.
"Buka semua," Perintah Patra yang mengambil alih pembebasan para tawanan.
Kondisi mereka benar-benar mengenaskan. Sebagian besar tubuhnya kurus kering, tersisa tulang. Mereka berlari tergopoh-gopoh mengikuti prajurit yang memandu ke tempat evakuasi.
"Lebih cepat!" Perintah Patra lagi agar proses evakuasi tawanan berjalan cepat, sebelum mereka mendeteksi pergerakan mereka diam-diam. "Ayo, Bu, lebih cepat."
Demi Tuhan, Patra tak tega memerintahkan demikian pada ibu-ibu yang mungkin sebaya dengan ibu kandungnya di rumah. Kakinya penuh bekas luka, apakah mereka dipaksa bekerja tanpa alas kaki?
Ini bukan zaman penjajahan lagi. Negara ini sudah merdeka. Patra yakin, bila diusut, mafia kelas kakap ini sudah melakukan pelanggaran HAM berat.
"Ikuti prajurit paling depan, saling amankan satu sama lain! Bergerak lebih cepat!" Perintahnya lagi pada para tawanan.
"Lapor, tawanan bergerak ke tempat evakuasi," Lapor Patra pada atasannya agar tim evakuasi menyiapkan diri.
Saat dirinya sigap dengan laras panjang di tangan untuk mengamankan barisan tawanan, tiba-tiba tangannya ditepuk pelan dari belakang.
"Pak tentara, terima kasih ya," Suara itu begitu pelan dan penuh ketulusan. Gadis muda yang sedang memapah ibunya yang kesulitan berjalan tanpa sadar membuat Patra mengingat ibu kandungnya di kampung halaman dan juga kekasih hatinya, Nilam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dara Ajudan
Romance[CERITA DIPRIVATE, FOLLOW DULU SEBELUM BISA BACA LENGKAP!] "Ayo pengajuan," Suara berat itu berhasil membuat mata lawan bicaranya sontak terbelalak. "Tapi..." Kana menggantungkan kalimatnya, "Aku nggak mau semua ini cuma karena Ayah," ucapnya lesu...