3 | Transaksi

29.1K 3.3K 141
                                    

Mata Kana menyusuri setiap kata di buku tebal itu dengan fokusnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata Kana menyusuri setiap kata di buku tebal itu dengan fokusnya. Tak kunjung ia jumpai kata kunci sebagai pemecah soal tersebut. Tangannya mengayun ke atas memijat keningnya yang sedikit pening karena sudah berjam-jam di meja belajar.

"Buset dah susah banget," Matanya tanpa sadar menatap figura yang ia pajang di atas mejanya.

Di sana lengkap sudah, ada Ayah, Ibu, dirinya, dan om om menyebalkan itu. Ayah dengan seragam penuh pangkatnya, Ibu dengan seragam hijau mudanya, dan Gatra di sana berdiri tegap dengan seragam lorengnya.

Di foto itu terlihat seperti dua orang tua bahagia dengan anak dan menantunya.

Heh?

Menantu?

Tangan Kana terulur menutupi mulutnya. Apa-apaan pikirannya itu? Gatra? Menantu Ayah Ibu?

Aish, manisnya. Tak bisa ia bayangkan bila dirinya dan Gatra menikah, memiliki anak, hidup bahagia, dan...

Tanpa sadar senyuman tipis itu muncul di sudut bibir Kana. Hatinya menghangat hanya karena sedikit lamunan barusan.

Tapi, ngomong-ngomong soal Gatra, pria itu benar-benar tampan. Namun, ketampanannya sedikit tertutup oleh sifat galak dan menyebalkan tabiat dirinya.

Coba saja Gatra seperti pria-pria yang ia temukan di wattpad, seperti Bara Adichandra di novel Bayi Dosenku misalnya, manis, lembut, dan pengasih, pasti Gatra akan menjadi sosok pria sempurna di mata Kana saat ini.

Kira-kira Gatra sedang apa ya?

Kana yang penasaran bangkit dari kursi belajar dan melangkah pelan ke arah dapur. Kamar Gatra persis di depan dapur, jauh sekali dari kamarnya.

Tepat di depan pintu kamar Gatra, Kana bersandar di daun pintu berwarna putih tulang itu. Menempelkan telinganya di sana sebagai tanda bahwa dirinya sedang menguping aktivitas pria itu.

"Ngaji?" Gumamnya saat mendengar lantunan ayat Qur'an indah diucapkan oleh suara pria itu.

Demi Tuhan, suara Gatra mengaji begitu sopan masuk telinga Kana.

"Nikmat Tuhan mana yang kamu dustakan, Kana?" Gumamnya sebelum terkekeh.

Sudah tampan, soleh, gagah, berani, yah meskipun harus galak. Tapi Kana yakin istri Gatra nanti akan menjadi wanita paling beruntung.

Kana terkekeh sebelum menepuk kepalanya, "Istrinya 'kan nanti aku huehe," Halunya membayangkan sesuatu yang terdengar mustahil.

Asyik mendengarkan lantunan itu, Kana tak sadar telah hanyut pada setiap huruf hijaiyah yang Gatra ucapkan. Dirinya semakin menempelkan telinga di daun pintu hingga semakin tak sadar kalau Gatra telah menyudahi hal itu.

Shodaqallahul'adzim.

Tiba-tiba pintu putih itu tebuka lebar. Tentu saja tubuh Kana yang bersandar di sana tak mendapat tumpuan pada sudut apapun, sehingga limbung dan membuatnya hilang keseimbangan.

Dara AjudanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang