47 | Sebuah Sentuhan

27.4K 3K 251
                                    

Baca waktu kondusif, chapter ini mengandung komposisi bikin senyum-senyum sendiri pas nulis😭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Baca waktu kondusif, chapter ini mengandung komposisi bikin senyum-senyum sendiri pas nulis😭

___________

BISMILLAH SPESIAL IDUL ADHA + 7

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BISMILLAH SPESIAL IDUL ADHA + 7.7 SALE!!

✓Beli 4 GRATIS 1, dapetnya 5 berlaku kelipatan!
✓Beli 3 GRATIS ongkir!
✓Min 50k GRATIS mini gift!
✓Voucher sampai 50% di shopee!
✓FLASH SALE!
✓Stok promo terbatas!!

(*s&k berlaku besok sampai hari raya idul adha)

CARI KEBERKAHAN AJA BUN DI HARI YANG SUCI😍

__________

"Loh sudah selesai acaranya?" Sebuah suara tiba-tiba terdengar dengan pertanyaan terlambat itu.

Seragam yang gerangan itu kenakan tampak sudah lecek, telihat jelas kalau kegiatan hari ini cukup padat. Napasnya terdengar cukup berat. "Mayjen!" Refleks pria itu memberi hormat saat matanya beradu tatap dengan Sadiman yang melangkah untuk kembali ke sel tahanannya.

Sadiman hanya mengangguk sebelum memberi isyarat agar pria itu menurunkan lengannya, sebelum kembali melangkah menuju 'rumah'nya untuk saat ini.

Ya, pria itu ialah Patra, sahabat yang sudah dianggap lebih dari saudara sendiri. Kakinya melangkah memasuki ruangan itu dengan cengiran lebar di bibirnya. Tentu ketidakdisiplinan itu pasti akan sangat membuat Gatra jengkel.

"Haduh sumpah, Tra, betul-betul jadwal ku tak nentu, maaf banget!" Ucap Patra yang merasa bersalah dengan keterlambatannya menghadiri pernikahan sahabatnya sendiri. "Kapan-kapan aku traktirlah kita makan-makan."

Matanya kini menatap Kana yang berdecak, "Jangan merengut gitu lah, Dek. Dinikahin Ayang Gatra harus hepi."

Kana menaikkan satu alisnya, "Hih siapa yang merengut, seneng senengnya udah daritadi kali. Lagian Om Patra telat banget, ini udah mau pulang juga keburu hujan."

"Haish," Gerutu Patra, "Telat berapa menit doang cemberutnya kaya nggak mampu ngelunasin utang," Timpalnya membela diri.

"Ngomong-ngomong cantik kali kau, Dek. Nggak nampak aura-aura bocil kematian," Ledek Patra lagi dengan perasaan terpukau melihat penampilan Kana.

Dara AjudanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang