12 | Setia pada Ajudan

18.7K 2.4K 54
                                    

Gambarku paling niat dari yang sebelumnya, mayan glowup lah ya😭 gimana menurutmu?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gambarku paling niat dari yang sebelumnya, mayan glowup lah ya😭 gimana menurutmu?

Gambarku paling niat dari yang sebelumnya, mayan glowup lah ya😭 gimana menurutmu?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading!
_______________

"Yaudah, Ndan, saya langsung jemput Kana aja takutnya dia nungguin kelamaan kasian." Ucap Gatra pada komandannya itu.

Sadiman mendongak dan berdiri di teras rumah miliknya itu, "Nggak papa? Nggak istirahat dulu kamu, Tra?"

Pria muda itu terkekeh dan menggeleng, "Istirahat apa, Ndan, saya nggak ngapa-ngapain."

Sadiman hanya membalas kekehan tersebut, "Yaudah, Tra, segera. Mendung ini keburu hujan."

Gatra mengangguk dan mengangkat telapak tangan kanannya ke atas pelipis. Ia hormat terhadap komandannya itu. "Siap, Komandan."

Seusai itu ia segera meraih kunci mobil dan bergegas pergi menjemput Kana. Mobil fortuner putih Sadiman membelah jalanan menuju sekolah Kana. Benar kata Sadiman barusan, langit sudah mengabu. Bunyi gemuruh mulai terdengar juga.

Haruskah Gatra mengirim pesan pada gadis itu dan mengatakan dirinya sedang di perjalanan? Supaya Kana tetap menunggu di sana.

Gatra merogoh sakunya dan mengambil ponsel milinya. Keningnya mengerut saat ponsel itu tak mau menyala.

"Batrenya abis?" Gumamnya. Benar saja, ponselnya kehabisan daya. Tak bisa untuk menyala.

Tapi tak apa, tadi Hapsari sudah menyuruhnya untuk menunggu. Ia yakin Kana tak akan kemana.

Namun, tiba-tiba mobil itu hilang keseimbangan dalam perjalanannya. Ban serep yang tadi Gatra ganti sebelum berangkat ke acara upacara, ternyata pecah lagi.

"Astaghfirullah," Gatra mengusap wajahnya saat menyadari lagi-lagi ban mobil itu tak dapat diandalkan. Ia turun mengecek kondisi ban dan mendapati ban tersebut sudah bocor.

Matanya menyusuri pinggiran jalan itu, berharap ada tukang tambal ban di sana, atau setidaknya bengkel mobil. Di langit, mendung sudah tampak menggelap, ia yakin sebentar lagi hujan akan menghampiri.

Dara AjudanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang