Entah pukul berapa Kana dibuat terbangun oleh suara-suara aneh lagi. Ia menyipitkan matanya perlahan, kamarnya masih gelap, seperti tak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya. Diulurkan lengannya ke arah nakas guna melihat jam digital di atasnya.
03.35.
Masih dini hari dan hawa yang dingin membuat Kana menarik selimutnya lagi. Ia harus tidur karena hari ini adalah hari pertamanya sebagai mahasiswa baru di kampus. Tidak ingin hari pertama ini dihancurkan oleh rasa kantuknya.
Saat ia menarik selimutnya untuk melingkupi seluruh tubuhnya, netra Kana dibuat fokus oleh siluet seseorang yang duduk di lantai. Sontak saja Kana yang terkejut langsung terduduk dan mengucek matanya.
Jantungnya berpacu cepat terkejut bukan main kala sosok itu menoleh ke arahnya. Buru-buru Kana menekan saklar lampu nakas yang baru agar segera menyala.
"Kamu kenapa?" Tanya suara berat yang menoleh bingung ke arahnya.
Tentu saja Kana terdiam, menatap Gatra dengan sarung dan kaosnya. Rambut basah oleh wudhu membuatnya tampak semakin tampan.
Kana membuka mulutnya, "Om ngapain?" Tanyanya, "Bikin kaget aja. Aku kira lelembut lagi ngesot! Lagian tiba-tiba ada yang duduk di lantai, untung nggak jantungan aku."
"Saya tanya, balik nanya," Sahut Gatra, "Ambil wudhu gih, kita solat tahajjud." Ucapnya mengajak Kana menunaikan solat tahajud bersamanya.
Hampir seumur hidupnya sepertinya Kana belum pernah menunaikan solat di sepertiga malam itu. Memang benar-benar manusia tidak tahu diri. Karena kasurnya juga merupakan setan dalam bentu benda, selalu menariknya agar tertidur kembali.
"Males, Om. Kran kamar mandi kamarku patah, harus ke kamar mandi bawah," Alasannya mengingat ia masih sedikit merasa ngantuk. "Lagian aku juga udah solat lima waktu, ngapain nambah tahajud."
Gatra mengangguk, "Yaudah tidur lagi aja," Ucapnya seperti tak ingin memaksakan kehendak gadis muda itu. Pria itu berdiri, hendak mengikrarkan takbirnya.
"Eeh bentar, Om!" Seru Kana menghentikan pergerakan Gatra. "Kalo aku solat Om imamin?" Tanyanya penasaran.
Mengingat Gatra kalau menunaikan solat wajib di masjid, jadi sampai saat ini Kana belum pernah juga solat berjamaah berdua dengan pria itu. Kalau bersama dengan Ayah dan mediang Ibunya tentus aja sering.
Kapan lagi ia bisa menunaikan solat dengan diimami suaminya ini 'kan?
"Menurutmu?" Gatra menoleh dengan pertanyaan balik pada Kana. "Diimamin Pak RT?"
"Ish! Ngeselin amat," Gerutunya sebelum beranjak turun dari ranjang dan melangkah ke pintu kamar. Ia harus ke kamar mandi bawah untuk mendapat air mengalir guna berwudhu. "Ayo temenin aku." Sahutnya menoleh sekilas pada Gatra.
Pria itu menaikkan satu alisnya sebelum menuruti perintah istrinya itu. Dia berjalan di belakang Kana dengan sarung yang sudah ia kenakan.
Tiba di dapur, Kana masih bisa mencium aroma lezat dari sana. Ia menghentikan langkahnya dan melirik ke arah meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dara Ajudan
Romance[CERITA DIPRIVATE, FOLLOW DULU SEBELUM BISA BACA LENGKAP!] "Ayo pengajuan," Suara berat itu berhasil membuat mata lawan bicaranya sontak terbelalak. "Tapi..." Kana menggantungkan kalimatnya, "Aku nggak mau semua ini cuma karena Ayah," ucapnya lesu...