59 | Pengakuan (B)

20.4K 2.6K 226
                                    

Yuk vote chapter ini biar bisa dapet 2k vote sebelum update selanjutnya bisa?😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Yuk vote chapter ini biar bisa dapet 2k vote sebelum update selanjutnya bisa?😘

______________

Gadis yang masih lengkap dengan piyama tidurnya itu tersenyum puas kala ia membaca ulang tulisan yang barusan dirinya tulis dengan rapi. Setelah memastikan semuanya sudah sempurna, gadis itu lekas keluar kamar dan menuruni anak tangga.

"Om Gatra," Panggilnya pada Gatra di sana yang sudah rapi dengan seragam lorengnya. Pria itu tampak sibuk mengenakan sepatunya.

Gatra mendongak, posisi tubuhnya yang membungkuk membuatnya tak mampu dengan jelas menatap Kana. "Apa?" Tanyanya. Kana masih tampak santai dengan piyamanya, berbanding terbalik dengan Gatra saat ini.

"Makasih ya, Om, udah nolong pas demo waktu itu," Nada suara Kana terdengar antusias sekali. Tangannya bergerak dari belakang punggung ke depan dan memberikan amplop cokelat muda pada suaminya itu. "Buat Om Gatra."

Gatra tentu mengerutkan keningnya, "Makasih aja nggak cukup," Ujarnya. "Lain kali kalo suami ngomong didengerin."

Kana mengangguk paham dengan senyum antusiasnya. "Iya iya, Om, janji. Dibuka dong itu isinya apa."

"Duit?" Gumam Gatra bertanya-tanya. "Kamu nggak perlu ngasih saya nafkah, Kana."

Kana jelas mengangguk, "Betul," Jawabnya. "Selain nafkah batin emang nggak perlu."

Jawaban spontan dari Kana sontak membuat Gatra yang fokus pada amplop pemberiannya langsung mendongak lagi menatap gadis yang masih dengan posisi berdiri itu.

"Saya gigit, nangis kamu," Gemas Gatra padanya.

Kana tertawa mendengar Gatra yang salah tingkah sendiri. Haduh, Emak, nikmat tersendiri menjahili seorang perjaka ya?

"Nafkah batin tadi maksudnya di hati aku selalu mendoakan Om Gatra selamat dunia akhirat," Alibi Kana. "Doa istri buat suami itu didenger Allah loh, jangan salah."

Gatra meliriknya sekilas sebelum meledek alibi Kana barusan dengan nyinyiran bibirnya. Perlahan jemarinya bergerak membuka amplop yang Kana berikan barusan.

"Bukan testpack kok, Om," Celetuk Kana, "Nggak usah grogi gitu."

Rasanya Gatra ingin menyumpal sandal jepit ke dalam mulut blak-blakan milik istrinya itu. Namun, bukan Gatra kalau ia 'kalah' dari Kana.

"Testpack juga nggak papa," Ucapnya. "Hamil punya suami ini, nggak ada salahnya."

Kana beringsut, keningnya mengernyit. Wah, sepertinya Om-om ini mulai menantangnya.

"Salah lah, Om!" Protesnya. "Ngeri dong tiba-tiba hamil orang ditanem aja belom benihnya sama yang punya ladang," Timpalnya pada Gatra.

Gatra mengangguk sembari fokus membuka amplop itu, "Nah mangkanya dipertanyakan itu benihnya siapa."

Dara AjudanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang