Perkara Nama!

19.7K 838 94
                                    

Rasanya lega banget, waktu pertama kali dengar suara tangisan bayi menggema diseluruh ruang operasi ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rasanya lega banget, waktu pertama kali dengar suara tangisan bayi menggema diseluruh ruang operasi ini. Segala ketegangan yang gue sembunyikan dari Ola sejak beberapa hari belakangan, terangkat sebagian. Kenapa sebagian? Karena baru terangkat semua, begitu dokter menyatakan operasi berjalan sukses, perut Ola sudah ditutup kembali dan gak ada pendarahan apa-apa.

Disitu gue baru lega sepenuhnya.

Gimana juga harapan gue ya gak cuman anak gue lahir, tapi istri gue juga selamat.

Lihat Ola berjuang melahirkan keturunan gue, walau kata orang-orang alah cuman sesar? Rasanya gue terharu dan makin cinta sama istri gue. Kata siapa sesar itu cuman? Ngeri Man. Gue aja nyaris gentar nemenin Ola di ruang operasi. Sampai mas Arya sebenarnya spesial telepon gue ala-ala orang udah akur, nasihatin jangan maksain diri kalau mental gue gak kuat. Tapi, gue bertekad pingin nemenin Ola di dalam sana. Karena gue tahu Ola butuh dukungan gue banget.

Ola tuh ketakutan luar biasa, menghadapi saat-saat persalinannya. Yah gue gak tahu rasanya gimana, yang jelas, gue yang suaminya aja ikutan snewen semakin mendekati hari H. Kerja mulai gak konsen, gelisah sampai ditanya anak-anak kantor, katanya muka gue kenceng banget belakangan.

Yah ketakutan Ola akan dia meninggal pas melahirkan, menjalar ke gue juga. Walau di luar gue kelihatan support Ola dan bilang gak usah takut, ya tetep aja di dalam sini gue ikutan kocar-kacir. Bayangin Ola beneran gak berhasil, jadi apa hidup gue? Mungkin gue milih jadi Almarhum Papanya Nania aja. Gak sanggup bayangin Ola harus pergi karena melahirkan keturunan gue.

Karena gue sudah membayangkan, Gyana lahir dan kami membesarkan berdua. Bukanya sendirian.

Jadi, gue berdoa untuk menyingkirkan segala rasa takut dan bertekad nemenin Ola di dalam ruang operasi.

Dan rasanya? Gue gak tahu gimana rasanya nemenin istri melahirkan normal, karena Ola jelas gak mungkin bakalan lahiran normal mau sampai anak keberapapun. Dia asma. Tapi, yang gue rasakan waktu nemenin Ola melahirkan sesar aja, tegang luar biasa. Dengar pembicaraan dokternya, lihat Ola yang matanya mengerjap perlahan dan gue tegang banget jangan sampai Ola matanya merem dan gak ngebuka lagi. Ada selang nyedot darah yang jelas kelihatan banget dari posisi gue duduk.

Gila, melorot rasanya jantung gue. Istri gue rela diginiin buat ngasih gue anak. Antara bangga sama gak sampai hati lihat pengorbanannya.

Suara dentingan alat-alat operasi yang makin bikin gue rasanya kayak ikutan diiris-iris kulitnya. Terus akhirnya suara tangisan itu menggema, gue rasanya terangkat sebagian beban gue. Anak gue lahir sehat selamat. Sampai akhirnya gue diminta keluar dari ruang operasi, karena Ola harus dijahit kembali. Nah... katanya nih, momen pascanya ini, yang rentan ada pendarahan dan lain-lainnya.

Gue berhadapan dengan sosok bayi perempuan yang badannya MashaAllah gemes banget. Gendut putih, pipinya kayak bakpau kemerahan, matanya kecil dan dia menggeliat-geliat manja dibalut selimut warna kuning. Kepalan tangannya mencuat keluar dan mulutnya mulai terbuka siap-siap nangis lagi.

Our Baby Crib JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang