MY MORNING NEVER BEEN THIS GOOD (2)

2.8K 462 278
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


600 VOTES!! 300 COMMENTS! NO SPAM COMMENTS!! GAK AKAN AKU HITUNG. AKU MAU KALIAN BENAR-BENAR NIKMATI SETIAP KALIMAT YANG SUDAH AKU KETIKAN. KARENA AKU PERSEMBAHKAN SETIAP KALIMAT, BUAT PARA READERSKU. SO LEAVE COMMENTS ABOUT THE STORY WORDS BY WORDS YAAAH. LOP YU ALL <3


let's begin this chapter.....

Kalau ditanya, nurutin istri ngidam tuh, capek gak sih? Jawabannya pasti capek. Karena, kadang keinginannya suka random banget. Belum waktu ketika Ola menginginkan sesuatu itu, juga serandom itu. Terus gimana kalau istri mulai random ngidamnya? Yah... selama bisa lo turutin, kenapa harus enggak sih?

Gue suka malu, kalau Ola keceplosan kepingin sesuatu ke geng ex Pratamanya dan mendadak entah hari itu juga, atau keesokannya, apa yang Ola inginkan tiba-tiba sudah mendarat dirumah. Walau yang ngasih sesama wanita? Tetap aja, gue kayak, kok bukan gue yang memenuhi ya?

Atau Ola lebih milih ngomong ke Mamanya, seperti waktu Ola tiba-tiba kepingin combro. Tahu-tahu Ibu Mertua gue, sudah dirumah antar combro. Bukan gak suka dikunjungi, tapi yah gitu lah. Jadi merasa gue kayak nyuekin istri gue ngidam.

Walau gak ada yang salah dengan kiriman teman-temannya atau Ibu mertua gue. Mereka semua sayang Ola dan anak-anak gue. Jadi... sekalinya Ola menyebut keinginan ke gue, yah sebisa mungkin gue akan menuruti maunya. Sepanjang itu gak membahayakan kandungan Ola, bahkan membahayakan Olanya sendiri.

Kue cincin doang mah... hal kecil. Asal Ola gak ngidam punya Ferarri.

"Mas Gy beliin sebentar, ya?" Gue mencium kening Ola, yang masih manyun duduk di sofa. Gyana terpantau lagi mainan sapu kecil dan pengki kecil miliknya. Bersih-bersih dia ceritanya pagi-pagi.

"Gyana, aku tinggal aja, ya? Gak apa-apa?" Tanya gue dan Ola mengangguk sambil kali ini matanya sudah berbinar-binar bahagia. "Sekalian pastel bumbu kacang yah Mas!" Pekiknya girang.

Gue cuman terkekeh geli lihat ekspresinya. Gue mencium lagi kening dan bibirnya dengan gemas "Makan yang banyak ya nantiii." Sambil gue memberikan kecupan-kecupan kecil di bibir Ola. Mumpung si Mbaknya lagi sibuk nyapu, sampai kebalik-balik korden.

"Udah sana, mumpung dia gak lihat kamu berangkat. Lagi sibuk nyapu balik korden." Bisik Ola. Gue mengangguk setuju.


Gue sudah berjalan sampai pintu rumah, ketika Gyana menangis jerit-jerit. Gue maksudnya, mau berangkat sendirian aja naik motor, buat beli kue cincin pesanan Ola, karena letaknya biasanya diluar gerbang komplek. Suka ada ibu-ibu jualan nasi uduk Betawi, lengkap dengan jajanan kue-kue tradisionalnya. Ribet kalau bawa Gyana.

Terlebih, Gyana harus cepetan gue suapin dan mandiin, supaya bisa segera ikut sesi toddler class yang sudah gue book jadwalnya.

Tapi Gyana malah lari jeruntulan nyamperin gue dipintu. Meluk kaki gue erat-erat. Gue bilang Baba cuman sebentar, nanti pulang lagi bawa kue-kue. Dia malah semakin nangis. 'Ana itut Babaaaa.' Jeritnya melengking. Saking melengkingnya, ada oma-oma dan opa-opa lagi jalan pagi, sampai noleh dan tertawa geli.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our Baby Crib JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang