Chapter 106

859 105 28
                                    

Blaze melempar cakeranya ke arah Retak'ka. Bilah yang tajam itu hampir aja memenggal dia kalau bukan karena menghindar.

Retak'ka merampas Boboiboy dari kuncian Solar. Memegangnya di leher dan mengedepankannya selayak tameng hidup.

Cakera yang dilempar memutar balik kepada tuannya.

Blaze kesal, mengeratkan genggamannya pada senjatanya sendiri.

Retak'ka menyeringai kala berada di posisi yang menguntungkan.

"Apa kau masih ingat pelajaran pertama soal menghabisi musuh?"

Karena Blaze tak menjawab, Retak'ka lanjut mengatakan bahwa "Untuk membunuh musuhmu, kau seharusnya bisa membunuh kawanmu sendiri terlebih dahulu!"

Retak'ka mendekatkan Boboiboy pada dirinya, menjajarkan lehernya dengan Boboiboy.

"Ayo. . . lempar sekali lagi. . ."

Kalau bukan karena kontrol Blaze terhadap instingnya, bisa dijamin cakeranya ini sudah melayang untuk memenggal kepala kedua orang itu.

Gak. . .

Blaze gak mau Boy mati sama sialan ini sialan.

Sial sial sial sial–!

"Kau napa bisa ada di sini sih?!" kesal Blaze.

"DICULIK!" singkat Boboiboy.

Blaze mendecih. Ya tentu aja diculik, apa lagi?

"Tak mau melempar. . ?"

Retak'ka tersenyum sembari mengelus kepala Boboiboy.

"Sungguh berhati lembek."

Ngeri Boboiboy, merasa jari-jarinya yang kurus, berkuku panjang, hitam pula.

Rasanya seperti dielus mayat–

"Lepaskan dia!" perintah Blaze.

"Lepaskan dia?" cemoh Retak'ka.

Boy menggertakkan giginya, menutup matanya kuat, menunduk kepalanya setunduk mungkin sebelum menghentakkan kepalanya ke wajah Retak'ka kuat-kuat.

Beruntung bagi Boboiboy, dia berhasil  mementok kepalanya ke pipi dan matanya. Tapi itu tak cukup untuk membuatnya lepas dari genggaman Retak'ka. . .

Boy menggunakan kedua kakinya untuk memegang salah satu kaki Retak'ka yang paling dekat. Hendak menjatuhkannya, namun kekuatan Boy gak sanggup.

Alhasil, Boboiboy yang kena batunya. Retak'ka memutar lengan Boboiboy secara perlahan–

"AAAAAAA!! JANGAN! JANGAN! PUTUS TANGAN AKU–"

"LEPASKAN ADIK AKU RETAK'KA!!"

"AAAAAA–"

Retak'ka mendekatkan mulutnya ke telinga Boboiboy, "Ini lah akibatnya kalau macam-macam. Lebih baik kamu diam saja. . . atau. . ."

"Iya iya iya iya, iya. . ." angguk Boy cepat.

Saat Boy lagi menatap mata Retak'ka dengan ngeri-ngeri sedap, tak sengaja pula Boy melihat senapan dari atas lantai balkon.

Tampaknya tepat mengarah ke kepala Retak'ka.

Boy gak tau itu siapa, tapi mungkin sasarannya ialah si tua sialan ini. Jadi supaya posisinya tidak ketahuan, Boy kembali menatap mata Retak'ka lagi dengan cepat.

Pikir, pikir.

Harusnya dia sudah boleh menembak kalau si tua ini membelakangi posisi orang itu kan?

Gak. . . harusnya dia sudah boleh nembak karena Retak'ka menyamping ke arahku kan?!

Aku Adik dari Sekelompok Mafia?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang