.
.
.
.
.
Akrala tengah bersiap untuk live comeback mereka saat ini, suasana di belakang panggung terlihat sangat rusuh karena suara Wiya dan Mada yang tidak mau mengalah.Bahkan Savian pun sudah pusing karena keduanya tidak mau berhenti berdebat, Kenzo, Yuvan, bahkan Ersya pun sudah berusaha mendamaikan keduanya tapi tidak mendapatkan hasil.
"Ini kostum gue Wiya?!"
"Gak, gue mau pake yang ini!!"
"Wiyasa lepasin, ini kostum gue!"
"Mau sampai kapan kalian berdebat masalah kostum?!" Savian yang lelah akhirnya memilih bertanya.
"Ada apa?" Savian menoleh saat mendengar suara lembut Danish.
"Tuh, mereka rebutan kostum." Jawaban Ersya membuat Danish mengernyit bingung.
"Hah? Kenapa rebutan? Kan ukuran kostum mereka beda." Danish menatap kearah Ersya, Kenzo, Yuvan dan Savian yang mengedikan bahunya.
"Bang Yasa! Bang Dabi!" Keduanya langsung berhenti berdebat saat mendengar suara Danish.
"Kenapa belum ganti kostum? Lima belas menit lagi kita udah mulai." Mada langsung melirik Wiya kesal, dia sebal karena mendapat teguran dan itu gara-gara ulah Wiya.
"Gue mau pakai ini, gak mau pake kostum yang itu." Danish menggeleng.
"Lo mau tenggelam pake kostumnya bang Mada? Secara tinggi badan kalian aja beda." Ucapan sarkas Danish membuat Mada tersenyum senang, dan Wiya merengut saat mendengarnya.
"Cepetan ganti!" Mendengar itu Wiya dan Mada segera mengganti pakaian mereka, sepertinya mereka memang menunggu Danish yang menegur mereka.
"Gitu aja pake ribut." Yang lain tertawa kecil mendengar gerutuan Danish saat ini.
Grep
"Cil, gue udah ganti baju nih, peluk gue dulu!" Wiya yang memang selesai lebih dulu segera mendekati Danish dan memeluknya.
"Bang Yasa, lepasin!" Danish menggeliat tidak nyaman saat Wiya mengeratkan pelukannya.
"Gak mau lepasin! Pokoknya gue mau peluk sampai puas dulu!"
.
.
.
.
.
Akrala menampilkan lima lagu kali ini, dua diantara nya adalah lagu baru mereka. Tidak ada kesalahan bahkan menurut mereka penampilan mereka kali ini sangat berbeda dengan biasanya, terutama saat penampilan mereka kali ini di tonton oleh orang tua mereka secara langsung.Danish sebenarnya sangat tidak ingin bertemu dengan orang tua nya, bukan apa, tapi karena perasaan Danish asli membuat jiwa Agra ikut merasakan sakit.
Wajah Danish langsung berubah pucat saat netranya bertatapan dengan netra tajam kedua orang tua nya.
"Terima kasih untuk Riziend yang hadir disini, terima kasih karena sudah mendukung kami hingga kami bisa seperti sekarang." Suara lembut Danish mampu membuat teriakan menggema di tempat showcase mereka.
"Terima kasih juga untuk keluarga kami yang menyempatkan hadir hari ini." Kali ini Savian yang menggantikan Danish berbicara.
Ucapan terima kasih kembali mereka ucapkan masing-masing saat di belakang panggung, entah pada keluarga, Riziend atau bahkan pada sesama anggota. Tapi sepertinya mereka melewatkan satu hal, tidak ada satu pun dari mereka yang menyebut nama Danish.
Mereka semua, anggota Akrala, keluarga mereka, bahkan para staff pun seperti melupakan kehadiran Danish di sana. Mereka sibuk bercerita, dan membahas masa lalu, tentang Janesh. Tanpa peduli jika ada Danish yang mendengar semua obrolan mereka dalam diam.
Pemuda mungil itu hanya duduk di salah satu sofa yang bisa di bilang cukup jauh dari semua anggota Akrala juga keluarga mereka, Danish memilih menyibukkan diri dengan ponselnya, menulis part novel online yang sebentar lagi akan dia gunakan untuk membuka kembali akun Agra.
Diamnya Danish bukan hanya karena kehadiran keluarga anggota Akrala, dia tidak pernah masalah tentang itu, dia juga tidak masalah jika mereka membahas Janesh tanpa ingat pada Danish. Danish diam karena dia tidak sengaja melihat Vanka dan kedua orang tua nya ada di bangku penonton tadi, mereka tidak sengaja tersorot kamera dan Danish menyadari itu.
"Semua nya, ayo ganti pakaian kalian dulu, setelah itu kita lanjut obrolannya di restoran." Ucapan Feri membuat mereka semua menurut, bahkan keluarga anggota Akrala akan pergi lebih dahulu kesana.
"Cil, ganti baju dulu sana!" Danish menatap Jeffrey yang baru saja menegurnya.
"Bang Jefy." Jeffrey menatap bingung ke arah Danish.
"Hm?"
"Gue minta peluk boleh?" Danish menatap penuh harap pada Jeffrey, karena sejujurnya hati nya sedang tidak tenang sekarang. Banyak pikiran buruk yang terlintas di kepalanya.
"Gak sekarang ya cil, sekarang lo ganti baju dulu, habis ini kita ke restoran buat makan." Danish terdiam saat mendengar penolakan dari Jeffrey.
"Danish, ayo cepet ganti baju!" Danish hanya mengangguk, terutama saat Ersya sudah memasang wajah kesal.
"Sudah-sudah, kalian bisa ke mobil duluan, biar Danish saya yang tunggu." Jeffrey sebenarnya tidak percaya pada Feri saat managernya itu mengatakan akan menunggu Danish, karena Jeffrey tau jika Feri tidak seperti Erhan yang menerima Danish dengan baik.
"Pastiin Danish masuk ke mobil bang!"
.
.
.
.
.
"Danish, kamu bisa pulang sendiri, anak-anak gak mau kamu ikut mereka."Danish terdiam dalam studio nya, ucapan Feri dua jam lalu membuat dia terus memikirkannya.
Apa dia melakukan kesalahan? Apa dia membuat masalah, hingga anggota Akrala tidak ingin dia ikut? Atau seperti apa?
Danish lelah, tubuhnya sudah berontak untuk istirahat hanya saja otak dan hati nya tidak bisa dia ajak berdamai. Dia bisa memejamkan matanya tapi tidak untuk tertidur, kepalanya terlalu berisik saat ini, berbagai pikiran buruk sudah terlintas disana sejak dia memutuskan pulang.
Masalah Akrala, masalah orang tua nya, masalah plagiat novel, masalah project lagu baru yang harus mulai dia kerjakan dari sekarang. Belum lagi jadwal padat mereka untuk promosi album baru mereka.
Jiwa mager nya sebagai Agra meronta, ingin protes dan tetap diam didalam studio. Tapi ini raga Danish, anak yang tidak bisa diam dan suka melakukan banyak hal.
Grek
Danish membuka laci nakas yang selama ini selalu terkunci, mengambil satu botol obat dan langsung meminum dua butir tanpa bantuan air. Danish sedikit meruntuk dan meminta maaf pada jiwa Danish yang asli, karena kebiasaan dan penyakitnya ikut terbawa ke raga Danish.
"Ck, gue gak mau ngerusak tubuh lo Dan, tapi maaf gue perlu tidur tanpa pikiran berisik malam ini." Danish bergumam lirih sambil menatap lekat botol obat tidur yang ada di tangannya.
Grek
Klik
Danish mengembalikan botol obat itu ke laci dan kembali mengunci nya, tidak ada yang boleh tau jika Danish kembali mengkonsumsi obat itu setelah tiga tahun sempat berhenti.
Kenapa Agra bisa mendapatkan obat itu dengan mudah? Semua karena Danish. Nyatanya jika Danish dan dirinya sama, sama-sama tidak bisa tertidur nyenyak tanpa obat.
"Kalau aja raga gue masih hidup, gue pasti mau jadiin lo adek gue Dan."
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.
Triple up nih ya...
Suka gak?
Terakhir buat hari ini ya...
Sampai ketemu di next chapter...Selamat membaca dan semoga suka...
See ya...
–Moon–

KAMU SEDANG MEMBACA
Akrala (Sudah Terbit)
FanficAgra tidak tau apa yang terjadi sebenarnya, dia hanya pergi tidur setelah meminum obat tidur miliknya. Memutuskan melupakan sejenak masalah plagiat yang dilakukan oleh adik kembarnya sendiri. Tapi saat membuka mata, bukan kamar kost nya yang di liha...