.
.
.
.
.
Agra menatap sekeliling dengan bingung, seingatnya dia sedang dimarahi tadi bahkan kepalanya di pukul oleh penggaris kayu. Tapi kenapa dia tiba-tiba ada di sebuah tempat indah seperti ini. Padang rumput yang hijau, sungai yang mengalir jernih juga sebuah pohon apel yang sangat rindang."Agra." Agra menoleh saat namanya dipanggil. Agra sedikit mengernyit saat melihat wajah itu, seperti pernah bertemu atau melihat di suatu tempat.
"Oh, lo Danish?!" Pemuda dihadapannya itu mengangguk.
"Iya aku Danish, makasih udah mau tinggal tubuh ku, dan maaf karena kamu harus terlibat." Agra semakin mengernyit bingung, kenapa dia malah minta maaf.
"Kenapa minta maaf? Lo gak ada salah ke gue." Danish menggeleng.
"Ada, aku ada salah sama kamu. Aku yang menarik jiwa mu untuk menempati tubuh ku, aku memberikan mu kebebasan untuk menentukan tubuhku saat ini, tolong berbahagia lah, aku sudah lelah menghadapi keinginan mereka." Agra tidak lagi bisa menjawab Danish, ucapan pemuda itu sukses membuat Agra terdiam.
"Gue bakal lakukan itu kalau lo kasih semua ingatan lo ke gue, biar gue gak meraba-raba mana yang harus gue ikutin mana yang harus gue tinggalin." Danish tersenyum manis dan mengangguk.
"Aku akan berikan ingatan ku secara bertahap, agar tidak terlalu sakit. Tapi ingat akan ada efek yang terjadi saat ingatan itu kembali, kamu siap?" Agra mengangguk. Lagi pula dia sudah menentukan.
"Kalau begitu terima kasih banyak Agra, kembali lah."
.
.
.
.
.
Agra mengerjap pelan, bisa dia duga jika dia ada di rumah sakit sekarang. Terbukti dengan langit-langit putih dan jarum infus yang menusuk tangannya.Kepalanya masih terasa sakit, meskipun tidak sesakit sebelum dia pingsan. Pukulan yang dilayangkan Bima memang lumayan menyakitkan, namun masuk nya ingatan Danish asli secara bertubi-tubi lah yang membuatnya pingsan.
"Hidup lo gak jauh beda sama gue ternyata." Agra bergumam pelan. Pemuda itu tersenyum miris saat mengetahui jika dia berada di rumah sakit sendirian.
"Lo gak lemah Dan, lo cuma terlalu takut buat ngelukain mereka. Padahal mereka sama sekali gak peduli sama perasaan lo." Agra mencoba bangun, merubah posisinya menjadi duduk.
"Lo udah serahin tubuh lo ke gue, jadi sekarang biar gue yang jalanin kehidupan lo. Gue bakal buat mereka nyesel udah nekan lo sampai kayak gini." Agra mengepalkan tangannya erat.
"Sekarang mereka bakal lihat Danish yang lain, bukan Danish yang bisanya cuma diem aja kalau diinjak. Gue bakal balas mereka dengan cara Agra." Agra membulatkan tekat nya untuk menerima kehidupannya yang sekarang. Menjadi Danish, karena dengan begitu dia bisa mencari tahu bagaimana keadaan tubuhnya dulu, dan membalas semua perlakuan tidak menyenangkan yang dia dapat.
"Hahh... Tapi kehidupan lo pasti ngerepotin gue, secara gue terlalu mager buat gerak." Agra kembali menghela nafas dan menatap lekat pada jendela kamar rawatnya.
Cklek
"Danish." Danish menoleh sejenak dan nenatap lekat pada pemuda yang tengah tersenyum ramah padanya, bahkan lesung pipi nya membuat pemuda itu terlihat semakin tampan.
"Danish, lo gak papa?" Kenzo melirik sejenak ke arah member yang lain saat melihat Danish hanya terdiam.
'Kenzo, satu-satunya member yang berlaku baik sama Danish.'
"Siapa?" Ucapan lirih Danish jelas membuat Kenzo, Savian, Wiya, Yuvan dan manager mereka terkejut. Berbeda dengan wajah terkejut mereka, Danish justru tersenyum sinis dalam hati, mungkin ini akan menjadi awal dari ajang balas dendamnya, berpura-pura amnesia.
"Danish jangan bercanda!" Sang manager bergegas mendekati Danish, sedangkan Danish hanya menatap datar. Tatapan yang hampir tidak pernah di berikan oleh Danish sebelumnya.
"Danish, saya Erhan. Manager kamu, manager Akrala." Danish memasang wajah bingung, jangan lupakan dahi nya yang berkerut.
"Akrala? Apa itu?" Erhan segera menekan tombol disamping ranjang saat mendengar jawaban Danish. Kenzo dan yang lain juga sudah mendekati mereka.
"Danish, lo beneran gak inget sama gue? Gue Kenzo." Danish mengernyit dan kembali menggeleng.
"Berhenti pura-pura, candaan lo gak lucu sialan!" Wiya mendengus sambil menatap sebal pada Danish yang menatapnya datar.
"Gue gak kenal sama lo, dan gue rasa lo gak ada hak buat ngatain gue!" Wiya, Savian dan Yuvan jelas terkejut saat Danish membalas ucapan Wiya, padahal biasanya Danish hanya akan diam.
"Maaf, biarkan saya memeriksa pasien." Erhan mengajak Wiya, Kenzo, Savian dan Yuvan sedikit menyingkir, memberikan ruang agar sang dokter bisa memeriksa Danish.
"Dia tidak mengingat kami." Ucapan Erhan membuat sang dokter menatap lekat pada Danish yang menatapnya polos.
"Siapa nama mu?" Danish memiringkan kepalanya saat sang dokter bertanya.
"Danish." Sang dokter tersenyum lembut saat mendengar suara lirih Danish.
"Nama keluarga mu?" Danish terdiam sejenak dan terlihat berpikir, sebelum akhirnya menggeleng.
"Kamu tidak ingat?" Lagi-lagi Danish menggeleng.
"Saya hanya ingat Danish." Sang dokter menghela nafas panjang, dia sudah menduga akan terjadi hal ini saat mengetahui jika kepala Danish menjadi korban pemukulan dan itu sudah terlalu sering.
"Sepertinya Danish mengalami amnesia karena pukulan itu. Meskipun terlihat tidak ada luka luar, namun hal itu bisa melukai syaraf otaknya, apa lagi dia sudah sering mengalami hal itu." Sang dokter mengatakan hal itu pada Erhan dan yang lain.
"Apa dia bisa pulih?" Sang dokter mengangguk.
"Ya, kemungkinan ini hanya sementara, tapi tetap jangan pernah memaksa dia mengingat sesuatu, karena mungkin saja itu akan semakin melukai nya." Erhan akhirnya hanya mengangguk setelah mendengar penjelasan dokter itu.
"Kalau begitu saya permisi dulu, setelah ini akan ada perawat yang mengantar kan makanan untuk Danish." Lagi-lagi Erhan mengangguk.
"Terima kasih dokter." Erhan segera mendekati Danish yang sudah kembali termenung.
"Danish." Usapan Erhan pada tangannya membuat Danish menoleh.
"Ya?"
"Nama mu Danish Mahesa, putra bungsu keluarga Mahesa. Kamu salah satu member dari grup Akrala, kamu Leadernya." Erhan mencoba menjelaskan kembali soal Akrala dan mengenalkan membernya.
"Mereka member Akrala, teman satu grup kamu. Dia yang tadi manggil kamu itu Kenzo, di sebelahnya ada Wiyasa, dan sebelahnya lagi ada Yuvan. Kalau yang duduk itu Savian, dia member paling tua di Akrala, dan kamu yang paling muda, jadi panggil mereka semua abang." Danish hanya diam saat Erhan menjelaskan hal itu, tapi kemudian pemuda itu mengangguk.
"Apa hanya mereka?" Erhan menggeleng.
"Ada tiga lagi, tapi mereka ada di asrama, agar tidak menarik banyak media." Danish kembali mengangguk.
"Apa di grup itu akan membuat aku banyak bergerak?" Erhan hanya mengangguk.
"Tentu saja, nanti setelah keluar dari rumah sakit kamu bisa mulai kembali belajar bersama mereka. Kamu harus mulai lagi menghafal lagu juga dance yang akan kalian lakukan." Danish menatap keempat orang yang ada di hadapannya itu.
"Aku mager." Danish kembali merebahkan dirinya setelah mengatakan itu. Ucapan Danish masih bisa yang lain dengar meskipun ucapan itu sangat pelan.
"Jangan tidur lagi, sebentar lagi kamu harus makan." Erhan mencoba membujuk Danish agar tidak tidur lagi.
"Sepertinya anak itu akan semakin menyulitkan kita!"
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.
Selamat malam
Akrala double up...
Buat yg penasaran visual karakternya, tunggu next chapter ya ...Selamat membaca dan semoga suka...
See ya...
–Moon–
![](https://img.wattpad.com/cover/344281339-288-k841690.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Akrala (Sudah Terbit)
FanficAgra tidak tau apa yang terjadi sebenarnya, dia hanya pergi tidur setelah meminum obat tidur miliknya. Memutuskan melupakan sejenak masalah plagiat yang dilakukan oleh adik kembarnya sendiri. Tapi saat membuka mata, bukan kamar kost nya yang di liha...