.
.
.
.
.
Danish merasa bersalah saat melihat tatapan khawatir dari semua anggota Akrala bahkan dua managernya, dulu dia tidak pernah mendapatkan tatapan seperti itu kecuali dari Saka, Alicia dan satu orang yang tidak ingin lagi dia sebut namanya.Danish masih berada di kamarnya, meskipun sebenarnya tubuhnya sudah baik-baik saja setelah mendapat suntikan obat dari Firly.
"Cil." Danish menatap ke arah pintu, dan menemukan Jeffrey berdiri disana.
"Bang Jefy." Danish bangun dari posisi nya dan duduk bersila di atas ranjang nya.
"Mau peluk boleh?" Jeffrey tersenyum tipis dan segera mendekat. Dia tidak mungkin menolak permintaan Danish lagi.
"Masih kepikiran soal itu?" Danish mengangguk kecil.
"Kita cerita ke mereka ya? Biarin mereka tau soal rekaman cctv itu." Danish terkejut saat Jeffrey justru menyarankannya untuk mengatakan hal itu.
"B-bang, tapi kan?" Jeffrey tersenyum saat menyadari ketakutan Danish.
"Gak papa, serahin semuanya ke gue. Agra temen lo, temen deket yang udah lo anggap kakak, orang yang selama ini ngebantu lo sebelum lo masuk ke Akrala dan jauh dari dia. Kita bisa ngomong gitu, biarin mereka tau cil, biar mereka gak tanya-tanya lagi soal nangis nya lo kemarin, gimana?" Danish terdiam sejenak sebelum mengangguk.
"Bantuin gue ya bang?" Jeffrey mengangguk mantap.
"Pasti, sekarang ayo keluar. Lo harus mulai terbuka sama mereka, mereka harus tau gimana lo hidup selama ini.
Jeffrey membawa Danish ke ruang keluarga, diaman semua anggota Akrala sedang berkumpul disana.
"Sini Dan." Danish mengangguk dan mendekati Kenzo.
"Udah baikan?" Danish kembali mengangguk, pemuda itu tampak tenang saat Kenzo menyentuh dahi nya.
"Danish udah bangun? Masih ada yang sakit?" Danish menggeleng saat Erhan dan Firly ikut berkumpul bersama mereka.
"Danish, boleh saya tanya sesuatu?" Danish kembali mengangguk, dia tau apa yang akan Erhan tanyakan.
"Apa yang terjadi minggu lalu?" Danish menunduk, dia tetap gugup meskipun di sebelah nya ada Jeffrey yang tengah menepuk lututnya.
"Danish? Mereka bilang kamu menangis malam itu, ada apa? Apa ada yang menyakiti kamu lagi? Beritahu kami." Jeffrey menghela nafas pajang saat Danish menggigit bibir bawah nya, dia tau pasti sangat sulit mengatakan segala tentang hal itu saat ini.
"Biar gue aja yang jawab bang." Semua mata yang semula fokus pada Danish kini beralih pada Jeffrey.
"Kamu tau alasannya Jeff?" Jeffrey mengangguk sambil tangannya tetap menepuk paha Danish, berharap jika pemuda mungil itu tenang.
"Gue bahkan tau semua nya bang." Jeffrey menatap Danish sekilas sebelum menatap lekat pada Erhan.
"Danish, baru aja tau penyebab kematian salah satu sahabat nya bang." Semua mata yang ada disana melebar saat mendengar hal itu.
"Maksud kamu apa Jeff? Sahabat yang mana?" Jeffrey menghela nafas panjang, sepertinya hal ini akan menjadi sangat panjang.
"Inget waktu kita ke bandung buat syuting kan? Waktu itu gue ikut sama Danish buat pergi ke salah satu cafe, yang ternyata itu punya salah satu temen nya Danish. Seminggu lalu gue juga ajak Danish jalan-jalan ke bandung, disana Danish ngajak gue buat mampir ke tempat kost temennya itu bang. Tempat yang dulu selalu jadi tempat yang nyaman buat Danish, gue kira itu tempat kost temen Danish yang punya cafe, tapi ternyata tempat itu kamar kost yang sebelumnya di tempati sama sahabatnya Danish yang udah meninggal." Semua terdiam mendengar ucapan Jeffrey, bahkan Kenzo pun sudah beralih merangkul pundak Danish yang bergetar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Akrala (Sudah Terbit)
FanfictionAgra tidak tau apa yang terjadi sebenarnya, dia hanya pergi tidur setelah meminum obat tidur miliknya. Memutuskan melupakan sejenak masalah plagiat yang dilakukan oleh adik kembarnya sendiri. Tapi saat membuka mata, bukan kamar kost nya yang di liha...