64. Trauma

3.3K 273 12
                                    


.
.
.
.
.
Mada rasanya ingin menangis melihat Danish yang meringkuk diujung ranjang saat mengetahui jika dia ikut datang bersama Yuvan, rasanya Mada ingin sekali membunuh dirinya sendiri.

Jika saja malam itu Mada memastikan Wiya berada di kamarnya, semua ini tidak akan pernah terjadi. Mereka masih akan melihat Danish yang cerita dan suka mengomeli mereka.

"Danish." Danish bergeming, tidak menyahuti satu pun panggilan Mada padanya.

" Danish bergeming, tidak menyahuti satu pun panggilan Mada padanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tap

Mada menoleh saat Jeffrey menepuk pundaknya, pemuda itu menggelengkan kepalanya, memberi tanda Mada agar tidak mendekati Danish.

"Jangan dulu bang, nanti dia histeris lagi." Mada terdiam, dia tidak menyangka jika Danish akan seperti ini.

"Cil, lo gak kangen sama gue?" Danish membuka matanya perlahan saat mendengar panggilan itu.

"B-bang Da-bi?" Mada mengangguk saat Danish memanggil nya seperti itu.

"Iya ini gue, ada Yuvan juga. Lo gak kangen sama kita?" Danish menatap Mada, Yuvan dan Jeffrey bergantian dengan mata sayu nya.

"Maafin gue ya cil, harusnya gue mastiin dia beneran diem di kamar."

"Takut." Mada mengepalkan tangannya erat.

"Takut...ja-ngan..." Jeffrey dengan cepat mendekati Danish dan mencoba memeluknya.

Sret

"Pergi...pergi...jangan...tolong..." Mada dan Yuvan terpaku saat melihat bagaimana Danish memeluk dirinya sendiri dan terus menolak sentuhan Jeffrey, wajah ketakutan Danish juga tidak luput dari pandangan mereka.

Grep

"Ssstt...Danish ini gue Jeff, gak bakal ada yang nyakitin lo, ada bang Mada sama bang Yuvan juga, lo aman." Jeffrey akhirnya berhasil memeluk tubuh mungil Danish yang gemetar, bahkan pemuda mungil itu sudah menangis dalam pelukan Jeffrey.

"Takut...bang Yasa jahat..." Jeffrey mengeratkan pelukannya saat Danish mengatakan itu.

"Bang Yasa jahat..."
.
.
.
.
.
"Salah gue kan Van? Ini semua salah gue."

"Harusnya gue pastiin Wiya masuk ke kamarnya, baru gue tinggalin."

"Harusnya gue stay waktu gue ngerasa perasaan gue gak enak malam ini."

"Harusnya gue gak–"

Grep

Ucapan Mada terdiam saat Yuvan memeluk tubuhnya, pemuda itu terkejut, tapi tidak memberontak saat Yuvan mengelus punggung nya.

"Lo gak salah Da, apa yang terjadi malam itu bukan salah lo sepenuhnya. Salah lo cuma satu, ngajak Wiya minum, harusnya lo ajak gue aja malam itu." Mada menunduk, ucapan Yuvan ada benarnya, seharusnya dia menghubungi Yuvan saja bukannya Wiya.

Akrala (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang