34. Salah paham

3.9K 438 14
                                    


.
.
.
.
.
Anggota Akrala kembali ke asrama pukul sebelas malam, mereka lelah namun juga kesal karena Danish tidak ikut acara makan malam mereka. Padahal sedah jelas jika mereka semua harus ada disana, itu acara untuk mereka tapi malah sang leader tidak hadir.

Feri mengatakan jika Danish menolak ikut dan bilang akan langsung kembali ke asrama, mereka marah pada Feri tapi jika itu Danish yang mau mereka justru beralih kesal pada Danish.

Jika mereka semua marah dan kesal, maka hanya Kenzo yang bersikap santai. Dia terlalu mengenal Danish, selama ini Danish selalu menolak ikut acara makan bersama mereka, namun ternyata karena pemuda mungil itu memang di larang ikut.

"Itu anak katanya langsung pulang? Kenapa asrama masih sepi?" Ersya menggerutu, dia sebal karena dia ingin makan bersama dengan Danish, namun gagal.

"Udah kita bahas ini besok, sekarang kalian istirahat." Savian mencoba menenangkan anggota nya yang lain.

"Dia ngeselin lah bang, selama ini dia selalu nolak tiap kita ada acara makan bersama. Anak itu mau nya apa sih?!" Kenzo yang semula terlihat biasa kini beralih menatap Ersya kesal.

"Yaya, bisa turunin emosi lo? Ini bukan waktunya lo emosi!" Ucapan tegas Kenzo membuat Ersya dan yang lain terdiam.

"Kalian capek? Iya gue tau, kita semua capek. Tapi apa kalian gak mikir kalau Danish jauh lebih capek!" Kenzo tidak suka jika mereka menghakimi Danish tanpa alasan yang pasti.

"Kita semua sibuk sendiri selesai showcase tadi, ada gak salah satu diantara kita yang nyapa Danish? Ngasih selamat atau ngucapin makasih ke dia? Gak ada!" Kenzo menatap yang lain satu persatu.

"Kita semua sibuk sama keluarga kita, bahkan kita gak segan ngebahas soal Janesh tadi. Padahal kita semua tau kalau orang tua Danish langsung pergi setelah showcase selesai." Ucapan Kenzo benar, namun sepertinya kondisi mereka yang lelah membuat mereka tidak mau menerima alasan itu begitu saja.

"Sudah Ken, kita bahas ini besok lagi. Lagi pula besok kita harus ke perusahaan pagi, jangan sampai ada yang bangun kesiangan."
.
.
.
.
.
Pagi itu anggota Akrala pergi ke perusahaan bertujuh, mereka tidak menemukan Danish saat mereka sarapan tadi, bahkan saat Jeffrey mengecek ke studio pemuda mungil itu tidak ada disana.

Mereka semua memikirkan apa saja yang sudah mereka lakukan setelah showcase kemarin, semua ucapan Kenzo baru masuk kedalam otak dan hati mereka pagi tadi.

"Danish kemana ya bang? Dia gak bakal telat kan?" Savian menggeleng.

"Gue harap dia gak telat."

Anggota Akrala mematung saat memasuki ruang rapat, karena Danish sudah duduk manis disana, menghadap laptop dengan headphone yang menutupi telinga nya.

Tap

"Danish." Kenzo menepuk pundak Danish, saat menyadari jika pemuda itu tidak akan mendengar panggilannya.

"Oh, kalian udah dateng. Duduk aja, bang Deni sama yang lain pasti bentar lagi dateng." Kenzo menghela nafas saat melihat sikap cuek Danish, berbeda dengan Jeffrey yang sadar ada yang berbeda dengan si mungil itu.

Cklek

"Danish, bisa bicara sebentar." Danish melirik ke arah pintu, ada Feri yang baru saja masuk dan tersenyum ke arah mereka.

"Ada apa bang?" Feri memberi kode Danish untuk ikut keluar sebentar. Danish menghela nafas sebelum akhirnya beranjak untuk mengikuti Feri.

"Itu anak kenapa dah?"

"Dia marah ya?" Kenzo mengedikan bahunya saat Wiya bertanya.

Di luar ruangan Danish mengikuti langkah Feri ke salah satu ruangan yang tidak jauh dari ruang rapat.

Bruk

"Jangan pernah cerita macam-macam ke mereka, toh mereka gak akan pernah percaya sama lo!" Danish hanya menatap datar, jika saja raga mungil ini masih berisi jiwa asli Danish mungkin pemuda itu akan menunduk takut, tapi kini raga ini berisi jiwa Agra, yang tidak pernah merasa takut pada orang lain.

Bug

Bug

"Oh iya, lo harus diet mulai sekarang. Banyak fans yang mengatakan lo gendut, jadi ini, jadwal diet lo sampai sebulan kedepan. Dimulai dari hari ini, sana kembali ke ruang rapat!" Feri langsung meninggalkan Danish yang menyentuh perutnya, selembar kertas tergeletak di sebelah kakinya, karena Feri memang melemparkan kertas itu ke depan wajahnya.

"Manager sialan, selama ini lo udah nyakitin Danish, jadi jangan harap gue bakal diem aja. Lo licik kan? Maka gue bakal jadi orang yang lebih licik lagi."
.
.
.
.
.
"Bang Feri, kenapa cuma tujuh? Punya Danish mana?" Feri gelagapan saat Jeffrey bertanya tentang jatah makan siang Danish.

"Punya Danish sudah saya antar ke anak nya di studio." Jeffrey akhirnya mengangguk, paling tidak pemuda itu tidak telat makan.

"Ya sudah kalian makan dulu, setelah ini kita masih ada jadwal manggung lagi." Anggota Akrala yang lain mengangguk, hal itu membuat Feri tersenyum senang karena mereka tidak bertanya tentang Danish lebih jauh.

Akrala mempunyai jadwal manggung hari ini, karena mereka baru saja comeback jadi jadwal mereka akan full hingga dua minggu kedepan.

Danish menghela nafas nya, jadwal diet yang dia terima sepertinya akan cukup menyiksa. Dia hanya di perbolehkan makan pisang dan minum air selama dua minggu, tidak boleh makan nasi sama sekali.

"Ya tuhan semoga penyakit itu gak ikut transmigrasi ke sini, bisa mati gue kalau gitu." Danish memejamkan matanya, beruntung hari ini dia sudah sempat makan roti tadi pagi.

"Gue gak suka pisang dan harus makan pisang. Kayak gak ada buah lain aja." Danish menggerutu sambil membereskan barang nya, setelah ini mereka semua akan pergi ke tempat jadwal mereka selanjutnya.

"Danish, cepetan!" Danish mempercepat langkahnya saat Ersya memanggilnya.

"Duduk sebelah gue, biar lo gak ilang lagi." Danish hanya menurut, dia sedang tidak ingin berdebat. Dia hanya takut jika nantinya mereka semua akan kembali menjauhi nya, meskipun Agra tidak keberatan tapi Danish membutuhkan mereka.

Danish bersikap seperti biasa meskipun dia terlihat lebih diam, apa lagi saat pemuda itu memejamkan matanya sambil bersandar pada sofa di ruang tunggu mereka. Danish tidak tidur, dia hanya memejamkan matanya.

Penampilan mereka baru saja selesai, dan Danish saat ini tengah menunggu anggota nya untuk berganti pakaian.

"Cil." Danish terpaksa membuka matanya saat mendengar panggilan dari Jeffrey.

"Capek?" Danish hanya mengangguk kecil.

Grep

"Sorry, gue gak ada maksud nolak permintaan lo kemarin. Tapi lo tau sendiri kan kemarin kita harus cepet ganti baju." Danish hanya diam dan mengangguk saat Jeffrey memeluknya.

"Tapi kalian ninggalin gue." Ucapan lirih Danish ternyata masih mampu di dengar oleh Jeffrey.

"Jeff gantian! Gue juga mau peluk." Jeffrey menggeleng dan justru mengeratkan pelukannya pada Danish, Danish sendiri tidak keberatan karena tubuhnya terlalu lelah.

"Heh, kalian gak kasian sama Danish? Badannya pasti sakit kalian tarik-tarik kayak gitu." Danish bernafas lega saat Yuvan menghentikan perlakuan Jeffrey dan Wiya.

"Makasih bang Yuyu." Yuvan tersenyum saat Danish mengatakan itu, bahkan saat tubuh mungil itu berpindah di sebelah Mada, Yuvan tetap menatapnya lekat.

"Lo kenapa? Lo gak kayak Danish bisanya."
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.
Selamat pagi
Mana nih yang kesel sama anggota Akrala kemarin?
Mulai ada masalah ya?
Mau double atau triple nih?

Selamat membaca dan semoga suka...

See ya...

–Moon–

Akrala (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang