40. Kencan malam

4.2K 395 27
                                    


.
.
.
.
.
Danish merengut kesal, hari ini seharusnya dia akan pergi keluar dengan Jeffrey, tapi Erhan tiba-tiba datang dan mengatakan jika Jeffrey ada pekerjaan yang harus dilakukan.

Apa lagi Kenzo dan Ersya juga tidak ada di rumah, kedua nya sudah pergi kemana sejak pagi tadi.

"Lo kenapa sih cil?" Danish masih merengut saat Wiya bertanya seperti itu.

"Badmood." Wiya mengernyit saat Danish menjawab ketus, dia tidak tau apapun karena baru saja bangun.

"Badmood kenapa?" Danish hanya menggeleng dan kembali menatap ke arah layar televisi yang menyala.

"Jeffrey kemana?" Danish kembali mendelik pada Wiya saat mendengar nama Jeffrey di sebut.

"Ada kerjaan, tadi di jemput bang Han." Wiya mengangguk, dia akhirnya sadar jika Danish badmood karena acaranya dengan Jeffrey harus batal.

"Lo badmood karena gak jadi keluar sama Jeff?" Danish mengangguk kecil, dan itu membuat Wiya tersenyum.

"Ya udah sana ganti baju cil, ayo keluar sama gue." Danish yang semula merengut langsung menatap Wiya penuh binar.

"Beneran ya bang?" Wiya mengangguk.

"Tapi gue mau mandi dulu, sana lo siap-siap." Danish mengangguk semangat.

"Bang Yasa, gue denger ada pasar malam, bisa kita kesitu gak bang?" Wiya berfikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk.

"Bisa, tapi tetep harus pakai topi sama masker, gak apa kan?" Danish kembali mengangguk.

"Gak papa, sebentar aja disana bang, gue pingin ke pasar malem." Wiya tersenyum.

"Udah, gue mandi dulu, nanti tungguin gue." Danish hanya menurut, pemuda itu bergegas masuk ke kamar nya untuk berganti pakaian.

"Bang Yasa kalau mandi jangan lama-lama!"
.
.
.
.
.
Wiya benar-benar membawa Danish ke pasar malem yang kebetulan ada tidak jauh dari komplek asrama mereka.

"Lo mau main sesuatu?" Danish menggeleng pelan, netranya menatap sekeliling pasar malam penuh binar.

"Mau liat-liat aja sambil jajan, boleh kan?" Wiya tersenyum dan mengangguk, dia tidak akan melarang Danish hari ini, toh memang lebih aman jika Danish hanya jajan.

"Ya udah, lo bisa beli apapun disini, gue yang bayarin." Danish langsung sumringah dan segera menarik tangan Wiya untuk mendekati beberapa stan makanan.

"Bang Yasa, lo suka manis gak?" Wiya menatap lekat pada Danish yang berdiri di depannya.

"Suka, tapi lebih suka lo." Danish mengerjap beberapa kali, sebelum akhirnya mengalihkan pandangannya. Wiya terkekeh pelan, apa lagi saat melihat semburat merah muda di pipi Danish.

"Apaan sih? Kan gue nanya karena mau gue ajak beli permen kapas." Wiya masih tersenyum, meskipun Danish meninggalkannya dengan kaki menghentak.

"Cil, tungguin elah!"

"Bang, ayo pulang!" Wiya terkejut saat Danish tiba-tiba menarik tangannya dan menjauh dari area pasar malam.

Sret

"Sebentar cil!" Wiya menahan tangan Danish yang sedari tadi terus menariknya.

"Kenapa?" Wiya mengernyit saat Danish menunduk.

"Cil?" Danish menggeleng, dia tidak mungkin mengatakan jika dia melihat kaluarga Agra di sana.

"Gue pusing bang, ayo pergi aja." Wiya menghela nafas, dia tau Danish berbohong tapi dia tidak bisa memaksa pemuda itu.

Akrala (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang