.
.
.
.
.
Setelah menangis di pelukan Jeffrey semalam, hari ini Danish kembali menjadi Danish yang ceria. Pemuda itu sudah kembali menyembunyikan sifat Agra yang sempat dia keluarkan kemarin.Danish bahkan sudah mengganggu Savian yang tengah menyiapkan sarapan, pemuda itu dengan iseng meminta Savian membuatkannya bubur manado, dan aneh nya lagi Savian menuruti permintaan Danish itu.
"Bang Vian, bubur manado nya belum jadi?" Savian yang sedang mengaduk bubur hanya bisa menggelengkan kepalanya.
"Belum, habis ini. Udah laper ya?" Danish mengangguk imut.
"Laper bang, tumben ya? Gue udah lama gak ngerasa laper pagi-pagi gini, sejak bang Feri minta gue diet." Ucapan pelan Danish ternyata mampu membuat Savian merasa marah.
"Udah, jangan ngomongin soal itu, bajingan itu sudah dapat hukumannya. Sana bangunin abang-abang kesayangan lo itu, suruh sarapan." Danish mengangguk dan segera beranjak, namun sebelum benar-benar melangkah Danish berbalik pada Savian.
"Bang Vian, nanti gue mau ikut abang ya?" Savian hanya mengangguk, tidak masalah membawa Danish saat dia sedang ada jadwal individu.
"Iya sana cepet bangunin yang lain, biar habis sarapan lo bisa mandi sama siap-siap." Danish mengangguk semangat.
"Gue lebih seneng liat lo yang kayak gini Dan, dari pada yang kayak kemarin. Maafin gue ya."
Hanya butuh waktu lima menit untuk Danish membangunkan semua anggota nya, bahkan Savian sampai terkejut melihat nya. Karena biasanya dia butuh waktu hampir dua puluh menit hanya untuk membangunkan Mada, Yuvan, Kenzo dan Ersya.
"Lah tumben lo bikin bubur buat sarapan bang?" Wiya yang melihat menu sarapan mereka spontan bertanya.
"Kenapa? Mau protes?" Wiya, Ersya, Mada dan Yuvan mengangguk, karena mereka memang dasarnya tidak suka bubur.
"Nah, Danish, ada yang protes sama menu sarapannya!" Keempatnya langsung menatap ke arah Danish saat Savian mengatakan hal itu.
"Makan aja sih bang! Gak pake masak juga." Danish mengatakan hal itu sambil merengut kesal.
"Bubur manado ini request nya Danish, masih mau protes?" Seketika keempatnya menggeleng, jika tau Danish yang meminta ini sejak awal mereka tidak akan pernah protes. Masih untung Danish sudah mau makan tanpa di paksa dan diancam.
"Lah, gak jadi protes bang?" Ucapan mengejek Jeffrey membuat keempat nya mendelik. Namun ucapan ketus Danish membuat mereka semua mengelus dada.
"Awas mata nya keluar!"
.
.
.
.
.
Wiya sudah merengut saat tau jika Danish akan ikut dengan Savian, padahal pemuda itu baru saja mau tertawa dan bercanda bersama mereka."Bang Han, gue juga ikut ya?" Wiya masih saja merengek untuk ikut pada Erhan yang datang menjemput Savian.
"Gak bisa Ya, kamu mau Danish ngambek?" Wiya menggeleng.
"Gak mau, tapi gue juga sama Danish." Savian menghela nafas saat mendengar rengekan Wiya.
"Cil, lo gak mau sama gue aja?" Danish menggeleng sambil mendekati Savian.
"Gue mau ikut bang Vian." Wiya semakin merengut saat Danish menjawab seperti itu.
"Lo kapan sih cil, mau deket sama gue?" Danish mengedikan bahunya dan akan menyusul Erhan yang sudah keluar dari asrama.
Cup
"Gak usah ngambek, lo jelek kayak beruang!" Wiya mengerjapkan matanya saat tau jika pipinya baru saja di kecup oleh Danish.
"Danish nyium pipi gue nih? Serius? Gue gak mimpi kan?" Seruan senang Wiya membuat anggota Akrala yang lain iri.
"Bang Vian, ayo!"
.
.
.
.
.
Savian diam-diam tersenyum saat melihat Danish sedang duduk di sofa yang ada di ruang tunggu itu, pemuda mungil itu fokus pada ponselnya, entah apa yang sedang Danish lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akrala (Sudah Terbit)
FanfictionAgra tidak tau apa yang terjadi sebenarnya, dia hanya pergi tidur setelah meminum obat tidur miliknya. Memutuskan melupakan sejenak masalah plagiat yang dilakukan oleh adik kembarnya sendiri. Tapi saat membuka mata, bukan kamar kost nya yang di liha...