57. Sandi

2.6K 315 11
                                        


.
.
.
.
.
Sesuai apa yang di katakan Erhan kemarin, hari ini manager utama Akrala itu datang untuk menjemput Savian dan Danish. Savian tidak tau apa yang terjadi pada Danish kemarin, karena semalaman Danish sama sekali tidak menjawab pertanyaannya, bahkan pemuda itu menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.

Bahkan pagi ini Savian di buat terkejut saat Danish sudah duduk manis di meja makan sambil memakan rotikopi yang di berikan Jeffrey semalam, bersikap biasa seolah kemarin dia tidak membuat seisi asrama kelimpungan.

"Danish." Danish menghindar dari Wiya, dia masih kesal karena diabaikan.

Grep

"Cil, gue minta maaf nih, jangan marah lagi sama gue. Gue janji gak bakal ngacangin lo lagi deh." Danish bergeming, pemuda mungil itu hanya diam saat Wiya memeluk tubuhnya.

"Bang Yasa lepasin gue." Wiya mengeratkan pelukannya saat Danish memberontak agar lepas dari pelukannya.

"Gue mau peluk cil, diem sebentar." Danish tetap memberontak pelan.

"Bang Vian tolongin, gue gak mau di peluk bang Yasa!!" Savian menggelengkan kepalanya melihat tingkah kedua anggota nya itu.

"Wiya lepasin Danish, habis ini gue sama dia mau berangkat." Wiya menggeleng.

"Kenapa sih bang? Gue cuma mau peluk doang, gak bakal gue apa-apain nih bocil." Danish mengernyit kesal.

"Lo bau bang Yasa, lo belum mandi! Gue gak mau lo peluk-peluk kalau lo belum mandi!!" Mendengar sentakan Danish membuat Wiya melepaskan pelukannya. Danish yang menyadari itu langsung menghampiri Savian dan bersembunyi di belakang tubuh tinggi sang tertua.

"Ya elah cil, bau dikit aja. Habis ini gue mandi nih, nanti kalau udah pulang lo harus mau gue peluk." Danish terpaksa mengangguk.

"Asal udah mandi, gue gak mau ikutan bau!!"
.
.
.
.
.
Savian memastikan Danish selalu ada di dekat nya saat tiba di kantor Himmel, salah satu brand lokal yang memakai mereka sebagai model. Savian sudah melihat Sandi duduk manis di ruang rapat saat mereka datang.

"Selamat pagi kak Savian, oh Danish kenapa ikut rapat?" Danish sudah memasang wajah datar andalannya saat menghadapi Sandi, sedangkan Savian tersenyum canggung.

"Pagi Sandi." Sandi merengut saat Danish mengabaikan ucapannya.

"Oh kalian sudah datang." Savian tersenyum saat mendapati sang pemilik brand masuk kedalam ruangan.

"Bisa kita mulai rapat nya ya?" ketiga pemuda itu mengangguk.

Rapat itu terlihat lancar, pengenalan jaket yang akan menjadi kostum mereka untuk pemotretan besok.

Sandi bersikap polos, namun sebenarnya dia kesal karena Biya, sang pemilik brand justru membiarkan Danish ikut serta.

"Baik, rapat kita cukup sampai disini, lusa kita akan bertemu di lokasi pemotretan." Biya tersenyum menatap tiga model yang bersedia bekerja sama dengannnya.

"Dan untuk Danish, terima kasih akhirnya kamu mau menerima tawaran saya, selamat bergabung." Danish hanya mengangguk sambil tersenyum tipis, dia terlalu bingung harus membalas seperti apa.

"Oh jadi Danish juga akan menjadi model disini?" Savian memberi anggukan untuk Sandi karena dia tau Danish tidak akan mau menjawab Sandi.

"Baiklah, bagaimana jika kita makan siang bersama?" Ketiganya tidak bisa menolak saat Biya menawarkan itu, bagaimana pun Biya adalah pemilik brand.

"Maaf sebelumnya kak Biya, bisa kita makan disini saja? Akan terlalu beresiko jika kita makan di luar dan wartawan melihat saya ada diantara kalian." Biya mengangguk setuju, karena dia juga ingin menjadikan kehadiran Danish sebagai kejutan untuk para fans.

Akrala (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang