.
.
.
.
.
Danish membawa Jeffrey ke sebuah pemakaman, Jeffrey tau kenapa mereka ada disana sekarang. Dia mendengar dengan jelas pembicaraan Danish di cafe tadi.Langkah kaki mereka berhenti di depan sebuah makam Jeffrey melihat perubahan ekspresi Danish saat ini.
"Ternyata kisah gue sebagai Agra emang bener-bener selesai ya." Jeffrey mendengar dengan jelas gumaman Danish yang di sertai dengan tawa sumbang.
"Danish." Jeffrey menyentuh pundak Danish pelan.
"Ini gue bang, makam gue. Raga asli gue ada disini." Jeffrey mengelus pundak Danish saat suara pemuda itu berubah parau.
"Gue bukan Danish bang, raga gue emang Danish, tapi jiwa gue Agra." Jeffrey diam mendengarkan ucapan Danish, membiarkan pemuda itu mengatakan segalanya tentang dirinya di masa lalu.
"Abang udah denger tadi kan? Gue Agra, usia gue setahun lebih tua dibanding Danish. Gue gak tau kenapa gue bisa berakhir di raga Danish, pagi itu gue bangun di studio pada semalem gue cuma tidur sehabis minum obat." Danish menunduk mengingat hari pertamanya sebagai Danish.
"Sejak kapan?"
"Dihari yang sama waktu gue di vonis amnesia, gue gak amnesia tapi itu semua karena murni gue gak kenal kalian." Jeffrey tidak bisa berkata-kata, pantas saja sikap Danish sangat berbeda sejak saat itu, karena ternyata itu bukan Danish.
"Gue tau lo ngerasa ini gak masuk akal bang, gue juga ngerasa gitu, apa lagi gue yang kerja sebagai author novel online. Semua ini bener-bener gak masuk akal, tapi ini nyata, terjadi ke diri gue." Danish menundukkan kepalanya.
"Gue pernah ngeliat Danish sekali di mimpi gue, itu terjadi waktu ingatan Danish yang masuk ke kepala gue bang." Jeffrey ikut berjongkok di sebelah Danish.
"Setelah penampilan kita waktu itu?" Danish mengangguk kecil.
"Gue ngerasa bohongin kalian, tapi gue gak bisa cerita, kalian pasti bakal menganggap gue bohong. Dan lagi perlakuan kalian ke Danish gak ada yang baik sejauh yang gue ingat." Jeffrey menggigit bibir bawahnya, dia benar-benar merasa bersalah pada Danish sekarang.
"Kenapa lo ceritain semuanya ke gue?" Danish mengedikan bahu nya pelan.
"Karena gue percaya sama lo bang, gue tau lo gak bakal ngehancurin mimpi Janesh dengan ngasih tau kalau gue bukan Danish asli." Jeffrey mendengus, kenapa harus mimpi Janesh? Kenapa bukan mimpi Danish?
"Kenapa harus mimpi Janesh? Kenapa bukan mimpi Danish? Mimpi lo." Danish tersenyum tipis dan menggeleng.
"Mimpi Danish udah hilang sejak dia diminta gabung ke Akrala." Jawaban Danish jelas membuat Jeffrey membisu.
"Di awal gue selalu bertanya-tanya kenapa bisa gue ada di tubuh Danish, tapi setelah gue dapet semua ingatan Danish gue sadar gue sama dia punya kesamaan." Jeffrey sontak menatap lekat ke arah Danish yang tengah menatap lekat pada nisan di hadapan mereka.
"Kita sama-sama anak yang diasingkan di keluarga sendiri bang." Jeffrey terkejut mendengar ucapan Danish.
"Maksud lo?" Danish justru menunjuk pada batu nisan yang tertulis nama nya.
"Nama asli gue Agra Danish Mahendra, tapi semua orang yang kenal gue tau nya nama gue Agra Adhyaksa. Gue anak sulung keluarga Mahendra, anak yang gak dianggap lebih tepatnya. Sama kayak Danish kan?" Jeffrey tidak menyangka akan mendengar hal itu dari Danish.
"Danish adalah anak yang ingin mendapat perhatian dari orang tua juga kakaknya, itulah kenapa dia selalu belajar dan belajar, dia cuma mau orang tuanya menatap ke arahnya dan menganggapnya sama seperti Janesh atau Balthasar, tapi ternyata jiwa nya milih buat nyerah lebih dulu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Akrala (Sudah Terbit)
FanfictionAgra tidak tau apa yang terjadi sebenarnya, dia hanya pergi tidur setelah meminum obat tidur miliknya. Memutuskan melupakan sejenak masalah plagiat yang dilakukan oleh adik kembarnya sendiri. Tapi saat membuka mata, bukan kamar kost nya yang di liha...