26. Proses Syuting

5.2K 513 7
                                    


.
.
.
.
.
Danish menatap lekat pada bangunan sekolah yang disewa oleh perusahaan untuk lokasi syuting mereka juga pemotretan konsep album mereka yang baru.

Danish tidak asing dengan gedung sekolah itu, bangunan yang memiliki arsitektur belanda itu merupakan salah satu sekolah swasta terbaik dan mahal di bandung. Memang sudah banyak di sewa untuk lokasi syuting, namun bukan itu yang membuat Danish familiar.

Danish familiar karena dulu dia bersekolah disana, tentunya saat masih sebagai Agra. Dirinya bisa bersekolah disana karena beasiswa dan itu berhasil membuat Vanka semakin iri padanya.

Tap

"Danish, okey? Masih pusing?" Danish tersenyum dan menggeleng kecil saat Ersya bertanya.

"Okey bang, gak usah khawatir, kayaknya kemarin gue cuma capek deh." Ersya tersenyum lembut saat mendengar jawaban Danish.

"Ya udah sana ganti baju dulu, habis ini kita mulai pemotretan." Danish hanya mengangguk.

"Bang Yaya, anterin gue dong, gue sedikit ngeri." Ersya tertawa pelan saat melihat Danish menghentikan langkahnya sambil menatap ruangan di hadapannya.

"Danish di dalem ada Yuvan juga, ngapain takut sih? Kan kita semua masih disini." Danish terpaksa masuk ke ruangan yang menjadi tempat mereka berganti pakaian sendiri, Ersya hanya tidak tau apa yang membuat Danish ngeri.

Ucapan Ersya benar, dia bisa melihat Yuvan juga sedang berganti pakaian disana. Yuvan yang melihat Danish hanya tersenyum tipis dan memberikan pakaian Danish.

"Mau di tungguin gak?" Danish mengangguk kecil, hal itu membuat Yuvan harus menahan diri agar tidak memeluk dan mangusak kepala Danish.

"Ya udah sana ganti pakaiannya, gue tungguin."
.
.
.
.
.
Pemotretan mereka berjalan lancar, sama sekali tidak ada drama apapun, ah mungkin hanya sedikit drama tentang serangga tadi.

Sekarang mereka sudah mulai melakukan syuting untuk musik video mereka, dan lagi-lagi mereka melihat Danish yang tampak berbeda. Danish yang suka mengomel dan tersenyum langsung hilang saat mereka mulai syuting, mereka melihat Danish yang sangat serius saat ini, sama seperti saat di ruang latihan waktu itu.

Danish benar-benar membuat proses syuting mereka berjalan lancar tanpa hambatan, berbeda dengan dulu yang audah pasti membuat mereka kalang kabut karena Danish selalu membuat kesalahan.

"Okey Cut!!"

Helaan nafas lega mengakhiri proses syuting mereka hari itu, pujian dan ucapan terima kasih terdengar disana.

"Kalian hebat, ini adalah proses syuting paling cepat yang pernah kami lakukan." Sang sutradara menepuk pundak Danish dan Savian yang kebetulan berdiri bersebelahan.

"Terima kasih." Savian merangkul pundak Danish saat pemuda yang lebih muda itu bersandar padanya.

"Capek?" Danish mengangguk, entah kenapa tubuhnya sedikit manja sejak mereka tiba kemarin.

"Ya udah, ayo istirahat dulu." Danish hanya menurut saat Savian membawanya ke ruang ganti mereka.

"DANISHHHH!!" Danish yang mendengar teriakan Wiya langsung menyembunyikan dirinya di belakang tubuh Savian.

"Jangan deket-deket bang, gue gak mau abang peluk-peluk!" Wiya langsung merengut dan menatap melas pada Savian yang terkekeh pelan.

"Ayo lah Dan, sebentar aja." Danish yang tidak tega melihat wajah melas Wiya akhirnya mengangguk. Pemuda itu mendekati Wiya dan langsung mendapat pelukan erat dari yang lebih tua.

Grep

"Aduh, bontot kita keren." Danish hanya bisa pasrah saat Wiya menggoyang-goyang kan tubuhnya.

"Aduh udah bang, udah." Danish bisa-bisa pusing jika Wiya terus melakukan itu.

Akrala (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang