.
.
.
.
.
Danish menyandarkan kepalanya pada pundak Firly begitu mereka masuk kedalam mobil yang menjemput mereka, Danish langsung merasa lemas setelah keluar dari pesawat tadi, namun pemuda mungil itu menahannya."Danish okey?" Danish menggeleng pelan.
"Pusing bang, sesek juga." Firly paham, ini adalah resiko yang harus di hadapi Danish saat dia memaksa tetap berinteraksi dengan Wiya.
"Kita langsung ke rumah sakit, tahan sebentar ya?" Danish hanya mengangguk.
Pemuda mungil itu memejamkan matanya, dia mencoba tidur sejenak selama perjalanan. Lagi pula meskipun wajahnya terlihat tenang, namun Danish sudah menggerutu panjang lebar di dalam hatinya.
"Danish, mau rotikopi?" Danish yang semula terpejam langsung membuka matanya.
"Ada yang buka bang?" Firly mengangguk.
"Ada, nanti kita mampir kesana sebentar ya." Danish tersenyum tipis, sejak awal Firly begitu perhatian padanya.
"Bang Firly, nanti jangan kasih tau yang lain kalau saya di rumah sakit ya." Firly mengernyit bingung.
"Maksud kamu? Bukannya kamu sudah mengijinkan mereka menemui kamu?" Danish mengangguk kecil.
"Iya bang, tapi hanya saat saya baik-baik saja. Saya gak mau mereka tau jika saya masuk rumah sakit lagi." Firly hanya bisa menghela nafas panjang saat mendengar jawaban Danish.
"Iya baik, sekarang kamu istirahat saja dulu."
.
.
.
.
.
Tidak ada satu pun raut lelah yang terlihat di wajah anggota Akrala, padahal mereka baru saja sampai di asrama. Semua itu tentu saja karena kehadiran Danish kemarin, mereka kembali bersemangat karena leader mungil kesayangan mereka kembali."Bang Han, besok kita boleh ke rumah Danish kan?" Erhan menatap ketujuh anggota Akrala dan menggeleng.
"Danish tidak ada di rumah, dia sedang ada di luar kota untuk acara keluarga nya." Helaan nafas panjang langsung terdengar setelah Erhan mengatakan itu.
"Danish kapan balik bang?" Erhan menggeleng.
"Saya tidak tau, kenapa gak kalian tanya langsung ke Danish besok. Sekarang kalian istirahat saja dulu." Ketujuh anggota Akrala tidak ada yang berniat melawan ucapan Erhan.
"Iya bang."
"Saya pamit kalau begitu, ingat istirahat!" Ketujuh pemuda itu hanya mengangguk kecil.
Bruk
"Padahal kangen Danish, tapi dia lagi gak ada." Ersya mendudukkan dirinya di sofa sambil menggerutu pelan.
"Bang, apa kita harus biasa tanpa Danish mulai sekarang?" Pertanyaan dari Mada membuat keenam lainnya mematung.
"Kalau kayak gitu rasanya gue gak bisa bang, gue emang mulai deket sama Danish beberapa bulan ini. Tapi rasanya gue gak siap kalau gue harus lihat Akrala tanpa Danish." Ucapan Mada kali ini benar-benar membuat anggota Akrala terdiam, karena mereka juga tidak ingin berjalan tanpa Danish.
"Sudah, kita bahas ini nanti. Sekarang masuk kamar dan tidur!" Ucapan tegas Savian membuat mereka beranjak satu-persatu.
"Semua salah gue bang, apa kalau gue yang keluar Danish bakal tetap disini?" Savian menatap Wiya datar, namun dalam hatinya sudah berteriak mengiyakan.
"Gak usah aneh-aneh, sana tidur! Kita semua salah disini, jadi gak usah mikir kayak gitu." Wiya menunduk saat Savian mengatakan hal itu, dia jelas tau jika semua anggota masih belum memaafkannya.
"Maaf bang...maaf... harusnya gue bisa lebih hati-hati, gue ngerusak Danish."
Grep
Savian memeluk tubuh mungil Wiya, meskipun dia marah namun dia tidak bisa ikut menyalahkan Wiya.
"Tugas lo sekarang, minta maaf ke Danish, urusan dia mau kasih maaf atau gak, kamu gak berhak buat maksa. Tapi inget, jangan pernah diulangi lagi." Wiya membalas pelukan Savian erat.
"Tapi gue suka sama Danish bang." Savian melepaskan pelukannya dan menangkup pipi tirus Wiya.
"Wiya, selain Ersya sama Kenzo, kita semua suka sama Danish, tapi Danish udah jatuhin hatinya ke satu orang. Dan kita gak bisa maksa kehendak kita buat jadi pacar dia, ngerti?" Wiya tampak terkejut saat mendengar ucapan Savian.
"D-Danish suka siapa?" Savian menghela nafas panjang saat menatap netra kembar Wiya yang bergetar.
"Jeffrey, Danish suka sama Jeff. Dari awal kita sudah kalah karena hati Danish milih Jeffrey." Wiya menggigit bibir bawahnya, dia lagi-lagi kalah dari Jeffrey.
"Biarin Danish bahagia sama pilihannya Ya, jangan sampai lo ngelakuin kesalahan lagi ke dia." Wiya menggeleng pelan.
"Gue juga sama patah hati nya waktu denger itu langsung dari Danish, jadi Wiya, ayo mulai semuanya dari awal. Jadi pacar gue dan lupain Danish, kita sama-sama berjuang buat ngelepas Danish. Sama kayak Mada dan Yuvan, bisa?" Wiya menatap wajah tampan Savian lekat.
"Semua itu berat bang, gue mungkin bakal nyakitin lo selama gue belum bisa ngelepas Danish, jadi maafin gue kalau semua itu terjadi ya?" Savian tersenyum tipis dan mengangguk.
"Kita pasti akan saling menyakiti sebelum bisa melepas masa lalu, tapi itu bukan masalah besar, kita mencoba dan berusaha." Wiya mengangguk.
"Gue mau bang, ajarin gue buat ngelepas Danish bang. Gue gak mau nyakitin dia lagi."
.
.
.
.
.
Lain Wiya dan Savian, lain pula Jeffrey yang sedang bertukar pesan dengan Danish. Bahkan pemuda itu belum memakai pakaiannya setelah mandi, dan membuat Mada yang sekamar dengannya kesal."Pakai dulu baju lo Jeff!" Jeffrey hanya menatap datar pada Mada yang baru saja melemparnya dengan kaus.
"Iya iya bang, resek banget sih." Mada hanya menggeleng.
"Jeff, lo yakin sama ide lo kemarin? Gue takut yang lain marah." Jeffrey menggeleng.
"Gak usah khawatir bang, anggap aja itu hukuman buat mereka. Lagi pula gak ada yang tau kecuali lo sama duo manager kita." Mada menghela nafas panjang dan duduk di sebelah Jeffrey.
"Lo ngerjain mereka bahkan tanpa Danish tau Jeff, kita bahkan gak tau Danish bakal balik sama kita kapan. Hadirnya Danish saat syuting kemarin mungkin sebuah kebetulan buat kita, dan gue harap hal itu cepet balik lagi ke kita." Jeffrey menatap lekat pada Mada yang baru saja berucap panjang.
"Danish bakal balik ke asrama dalam watu dekat bang, lo gak perlu khawatir." Mada mengangguk dan beranjak untuk pergi ke ranjang nya sendiri.
"Setelah tiga tahun, Danish baru akan dapat hak nya secara utuh di asrama ini, dia gak bakal ninggalin semua perjuangannya gitu aja bang."
"Gue harap setelah ini kita bakal terus bareng, gak ada perselisihan yang membuat kita semua pecah."
"Akrala ini dari awal merupakan perjuangan Janesh, tapi berjalannya Akrala hingga saat ini merupakan perjuangan Danish. Gue harap gak ada yang bisa hancurin perjuangan dua anak kembar itu." Jeffrey menatap lekat pada Mada yang terus saja berbicara panjang.
"Gue, ah bukan, tapi kita. Kita gak akan biarin perjuangan mereka hilang kan bang? Bahkan kalau pun nanti nya gue harus ngelawan papa buat pertahanin Akrala, pasti bakalan gue lakuin."
.
.
.
.
.
Tbc
.
.
.
.
.
Selamat sore
Double up ya...
Seneng gak?
Maaf kalau chapter ini agak mengecewakan kalian...
Karena mood ku lagi jelek banget buat nulis...Selamat membaca dan semoga suka...
See ya...
–Moon–
KAMU SEDANG MEMBACA
Akrala (Sudah Terbit)
FanfictionAgra tidak tau apa yang terjadi sebenarnya, dia hanya pergi tidur setelah meminum obat tidur miliknya. Memutuskan melupakan sejenak masalah plagiat yang dilakukan oleh adik kembarnya sendiri. Tapi saat membuka mata, bukan kamar kost nya yang di liha...