99. Sepenuhnya menerima

2.1K 214 14
                                    


.
.
.
.
.
Semua anggota Akrala tidak ada yang percaya saat Ersya mengatakan jika Danish lah yang menghajar Wiya hingga babak belur, bahkan Firly dan Erhan pun tidak percaya. Sampai akhirnya Danish sendiri yang mengakui semua perbuatannya, menghajar Wiya di ruang latihan.

Tidak ada yang menanyakan alasan Danish melakukan itu, terlebih saat mereka tau jika Danish mengatakan bahwa Firly yang meminta nya.

Danish sedang melawan akar trauma nya, itulah kenapa Danish menghajar Wiya di ruang latihan. Ruangan yang menjadi awal dimana semua rasa takut nya terjadi.

"Danish, gue beneran dimaafin nih?" Danish menatap sebal pada Wiya yang entah keberapa kali nya menanyakan hal yang sama.

"Sekali lagi lo nanya, gue batal maafin lo ya bang!" Wiya tersenyum, lebam di wajahnya memang belum sepenuhnya hilang, dan masih terasa sakit, namun Wiya cukup senang saat Danish tidak lagi menatapnya penuh ketakutan dan dia bisa duduk di sebelah Danish.

"Jauh-jauh bang, gue belum mau deket-deket sama lo!" Danish mendorong Wiya menjauh saat sadar jika pemuda itu duduk di sebelahnya.

"Gue cuma duduk loh cil." Danish mendengus.

"Tetep gak mau, jauh-jauh sana bang!!" Pekikan Danish membuat anggota Akrala yang lain tersenyum lega. Akhirnya setelah berbulan-bulan pekikan kesal Danish pada Wiya kembali terdengar.

"Wiya, jangan di ganggu terus, nanti kalau Danish ngambek lagi kamu yang bingung." Wiya tertawa pelan saat Savian mengelus kepalanya.

"Tau tuh, bawa ke kamar aja deh pacar nya bang, iket di kasur terus tinggalin biar gak ganggu!" Savian tertawa mendengar gerutuan Danish.

"Udah-udah, Danish sana mandi dulu katanya nanti mau live." Danish mengangguk dan langsung pergi ke kamarnya.

"Kamu gak mau mandi sekalian Wi?" Wiya menggeleng.

"Udah mandi tadi, nanti sore aja lagi. Gue mau peluk dong bang, ngantuk." Savian menggelengkan kepalanya melihat tingkah manja Wiya.

"Perasaan lo lebih ringan kan setelah ngelepas Danish?" Wiya memberi anggukan.

"Ringan banget bang, dan sekarang gue punya abang."
.
.
.
.
.
Danish menatap lekat pada layar televisi yang menayangkan berita tentang kasus pembunuhan Agra yang melibatkan Sandi dan Vanka.

Danish sudah tau jika keluarga kandung nya dulu itu hancur berantakan, karena kasus Vanka itu banyak investor yang menarik dana nya dari perusahaan Mahendra, belum lagi sanksi sosial yang ikut di dapat kedua orang tua nya itu. Danish sebenarnya tidak tega, namun sekarang dia hanya bisa menjadi penonton bukan menjadi pihak yang bisa membela.

Cafe di bandung juga sudah kembali ke tangannya, meskipun sekarang Saka yang mengurus itu. Danish juga mendengar dari Saka juga Alicia jika sang bunda terus-terusan datang ke cafe untuk meminta mereka menunjukan makan Agra.

Alicia bilang sang bunda stress karena tidak pernah mempercayai dan memberikan kasih sayang pada Agra, belum lagi saat mengetahui vonis hukuman sepuluh tahun penjara untuk Vanka karena kasus itu.

Sandi sendiri menerima vonis tiga puluh lima tahun penjara, karena terbukti melakukan pembunuhan berencana yang mengakibatkan korban meninggal. Tidak ada yang dapat menolong nya, karena sejak awal Sandi adalah anak yatim piatu. Fans yang selama ini selalu mendukung nya sudah beralih menghujat nya, karena semua bukti yang ada sangat kuat.

"Lega cil?" Danish menoleh dan menemukan Jeffrey sudah duduk di sebelahnya.

"Lega, akhirnya ada keadilan untuk kak Agra dan balasan yang pantas untuk Sandi." Jeffrey merangkul pundak Danish, membawa kepala pemuda mungil itu untuk bersandar padanya.

Akrala (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang