.
.
.
.
.
Akrala mendapat libur setelah kasus Danish dan Vanka selesai, namun dengan adanya tuntutan pada Sandi tentu saja Danish masih harus berurusan dengan pengadilan.Danish belum sepenuhnya di perbolehkan mendekam di studio sendirian, semua anggota Akrala takut jika Danish akan kembali melakukan hal nekat seperti sebelumnya.
"Danish, ayo tidur." Danish mendengus saat Savian lagi-lagi memintanya untuk tidur.
"Belum jam satu bang." Danish merengut saat melihat Savian yang baru saja keluar dari kamar mandi.
Sret
Savian menggelengkan kepalanya saat Danish menarik selimutnya dari atas kasur dan membawa tubuhnya untuk masuk kedalam kolong kasur, kebiasaan Agra yang tidak akan pernah bisa hilang meskipun sudah berpindah raga.
"Tidur di atas kasur Dan, jangan disitu." Danish bisa mendengar Savian menegurnya.
"Nanti bang, nanti, gue masih takut." Savian tidak bisa lagi memaksa, mungkin nanti dia yang akan memindahkan Danish ke atas kasur seperti sebelumnya.
Cklek
"Loh, bocil mana bang?" Jeffrey terkejut saat tidak menemukan Danish di kamar nya dan hanya melihat Savian yang berdiri di depan lemari.
"Tuh." Jeffrey dengan cepat melihat ke arah kasur yang di tunjuk Savian, lebih tepatnya kolong kasur milik Danish.
"Cil, ngapain disitu? Ayo keluar, sini gue temenin tidur nya?" Mendengar suara Jeffrey, Danish merangkak keluar. Hanya setengah badan karena bagian bawah tubuhnya masih berada di kolong.
"Bang Jefy." Jeffrey memutuskan duduk di lantai, membiarkan Danish merebahkan kepalanya di kaki nya.
"Kalau udah ngantuk itu tidur cil, bukannya malah ngumpet." Danish merengut sambil memainkan jemari milik Jeffrey.
"Hujan deres, gak mau tidur di atas kasur." Jeffrey dan Savian menghela nafas panjang.
"Kan sekarang udah gak sendirian, ini gue temenin sama bang Sav." Danish terdiam mendengar ucapan Jeffrey.
"Tapi suara geledeknya kenceng, gak nyaman." Jeffrey mengelus kepala Danish saat melihat mata pemuda mungil itu berubah sayu.
"Nanti gue tutupin telinga nya, ayo tidur." Danish memberi gelengan kecil.
"Gak bisa tidur, mau di studio." Kali ini Savian dan Jeffrey yang menggeleng.
"Gak gak, gak boleh ke studio dulu. Istirahatnya di asrama, kan masih libur." Savian menepuk lengan Danish yang ada di sebelah kaki nya.
"Danish, mulai sekarang gak boleh minum obat itu sembarangan lagi ya? Paham?" Danish hanya mengangguk.
"Tapi berisik kepalanya." Jeffrey tidak menghentikan elusan tangannya saat mendengar ucapan itu.
"Kalau berisik panggil gue, nanti gue suruh diem yang berisik, dua kali loh Dan, lo bikin gue takut." Danish menatap Jeffrey dengan mata sayu nya.
"Tiga kali, bukan dua kali." Jeffrey dan Savian terkejut mendengar jawaban Danish.
"Apa nya yang tiga kali?"
"Aku ngelakuin itu tiga kali, tapi kenapa gak mati juga? Padahal aku capek mau pulang." Jeffrey dan Savian saling tatap sebelum menatap sendu pada Danish.
"Dua kali Danish, kamu hampir saja overdosis dua kali." Danish menggeleng pelan, kedua netranya mengerjap menghalau kantuk yang tiba-tiba datang.
"Tiga kali bang Jefy, rasa sakit nya sama. Jantung ku rasanya mau meledak setelah minum obat, tapi yang pertama gak kerasa sakit." Jeffrey ingin sekali membalas ucapan Danish, namun Savian melarang nya dengan gelengan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Akrala (Sudah Terbit)
FanfictionAgra tidak tau apa yang terjadi sebenarnya, dia hanya pergi tidur setelah meminum obat tidur miliknya. Memutuskan melupakan sejenak masalah plagiat yang dilakukan oleh adik kembarnya sendiri. Tapi saat membuka mata, bukan kamar kost nya yang di liha...