54. Curhatan malam

2.6K 305 17
                                    


.
.
.
.
.
Rencana Danish untuk mengganti warna rambutnya harus tertunda karena Savian ada pekerjaan, bahkan pemuda itu sudah di tunggu oleh Erhan begitu mereka tiba.

"Bang Han, gue ikut boleh?" Erhan terkejut saat mendengar permintaan Danish, apa pemuda mungil itu tidak lelah setelah perjalan mereka dari puncak subuh tadi.

"Kamu gak capek?" Danish menggeleng.

"Mau ikut bang Vian, boleh ya?" Erhan menatap Savian yang hanya bisa mengangguk.

"Ya udah, tapi inget jangan jauh-jauh dari saya nanti." Danish mengangguk antusias, berbeda dengan yang lain, mereka sudah menghela nafas lelah karena Danish memilih ikut dengan Savian.

"Ya sudah yang lain bisa istirahat, ingat besok beberapa dari kalian punya jadwal pribadi." Erhan mengingatkan anak-anak Akrala yang lain, dan hanya di balas anggukan oleh mereka.

"Cil, kenapa harus ikut bang Sav sih? Sini aja deh." Danish menggeleng saat Wiya kembali melarang nya.

"Gue pingin ikut bang Vian, gak mau sama bang Yasa!" Wiya hanya bisa menghela nafas panjang saat lagi-lagi mendapat penolakan dari Danish.

"Udahlah Wiya, lo bisa istirahat hari ini, besok baru main sama Danish." Wiya mengangguk saat Savian mengatakan itu.

"Jangan jauh-jauh dari bang Han atau bang Sav cil, kalau ada apa-apa atau lo bosen dan pingin pulang hubungin gue." Danish mengangguk saat Jeffrey mengatakan hal itu.

"Iya bang, sana kalian masuk terus lanjutin tidur nya!"
.
.
.
.
.
"Hai kak Savian, baru datang ya?" Savian tersenyum tipis saat Sandi menyapanya begitu dia sampai di lokasi pemotretan.

"Ya seperti yang kamu lihat." Savian menjawab tenang dangan tangan yang terus merangkul Danish.

"Oh halo Danish, kali ini kamu ikut lagi." Sandi tersenyum manis pada Danish namun hanya dibalas dengan anggukan singkat.

"Kami ke ruangan kami dulu ya Sandi." Sandi mengangguk sambil tersenyum manis.

"Bang Vian pemotretan sama dia pagi ya?" Savian mengangguk.

"Kenapa?" Danish menggeleng kecil, namun Savian tau ada yang ingin disampaikan oleh leadernya itu.

"Ya udah, kalau gitu lo tunggu disini sama bang Han, gue mau make up." Danish mengangguk dan menurut saat Savian memintanya duduk di kursi yang ada di dalam ruangan.

Karena pemotretan mereka kali ini ada di luar ruangan, maka ruangan make up mereka juga berada tidak jauh dari lokasi.

Danish tau dia tidak akan selalu bisa mengikuti jadwal individu Savian, tapi Danish akan selalu memastikan dia akan ikut saat Savian harus melakukan jadwal dengan Sandi. Danish tidak suka dengan Sandi dan firasatnya mengatakan jika Sandi menyukai Savian.

"Makan dulu Dan." Danish menoleh saat Erhan menyodorkan rotikopi padanya.

"Makasih bang." Erhan mengangguk dan duduk di sebelah Danish.

"Kamu lagi mikirin sesuatu?" Danish sedikit terkejut saat Erhan menanyakan hal itu.

"Kok bang Han tau?" Erhan tersenyum.

"Danish, saya kenal kamu sejak kamu gabung ke Akrala. Saya yang menjaga kamu selama ini, jadi sudah pasti saya tau hanya dari ekspresi wajah kamu." Danish tersenyum, dia tau dalam kehidupan Danish dulu Erhan adalah sosok yang bisa membuat Danish merasakan kehadiran seorang ayah ataupun kakak.

"Bang Erhan, bisa janji sama saya?" Erhan mengernyit bingung.

"Janji apa?"

"Setiap kali bang Vian ada jadwal yang mengharuskan dia ketemu sama Sandi, tolong ajak saya." Erhan terkejut saat mendengar permintaan Danish.

Akrala (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang