37. Balthasar

4.2K 466 23
                                    


.
.
.
.
.
Seorang pemuda berusia dua puluh lima tahun itu baru saja menginjakan kakinya di indonesia, setelah tiga tahun memutuskan untuk tinggal di eropa.

Meninggalkan semua luka karena kehilangan adik kesayangannya, menjauh dari kedua orang tuanya yang juga ikut meninggalkan indonesia dan memilih tinggal di australia.

Balthasar Mahesa

Putra sulung keluarga Mahesa itu akhirnya memutuskan pulang saat hati nya merindukan kehadiran Janesh, adik kesayangannya.

Tujuannya pulang ke negara kelahirannya itu juga karena ingin mengunjungi makam sang adik, tanpa peduli jika seharusnya ada satu orang lagi yang harus dia kunjungi.

Balthasar tidak mengerti apa yang membuat nya justru datang ke asrama Akrala, padahal dia bisa saja pergi ke hotel atau ke rumah milik keluarganya. Tapi tujuannya justru berhenti di rumah satu lantai yang terlihat mewah dari luar, namun hangat di dalam.

Rumah yang dulu hampir setiap minggu selalu dia kunjungi hanya untuk bertemu dengan adik kesayangannya, rumah itu juga yang dia hindari sejak kematian tragis sang adik.

"Gue malah datang ke sini, mungkin karena Janesh lebih sering ada disini daripada di rumah saat remaja." Altha memutuskan untuk mengetuk pintu, berharap jika Akrala sedang tidak ada jadwal hari ini.

Tok

Tok

Tok

Cklek

"Bang Altha?" Ersya adalah orang yang membukakan pintu untuk Balthasar.

"Siang Ersya." Ersya tersenyum membalas senyuman Altha.

"Siang bang, ayo masuk." Ersya mempersilahkan Altha masuk kedalam, lagi pula Altha adalah kakak Janesh dan Danish.

"Kalian libur?" Ersya mengangguk.

"Loh bang Altha, apa kabar bang?" Altha tersenyum saat Mada, Kenzo dan Yuvan menyapanya.

"Baik, maaf ya kalau gue bertamu tiba-tiba." Ketiganya menggeleng.

"Gak apa bang, santai aja."

"Mau ketemu Danish bang?" Mata Altha sedikit melebar saat mendengar nama Danish di sebut oleh Kenzo, dia lupa jika Danish sekarang anggota Akrala.

"Iya, gue mau ngajak dia ke tempat Janesh." Erya, Kenzo, Mada dan Yuvan mengangguk paham.

"Tapi anaknya baru aja tidur bang, habis minum obat. Mau di bangunin?" Altha menggeleng.

"Dia sakit? Gak usah di bangunin kalau gitu."

"Iya Danish drop karena kecapekan kemarin bang, dia di kamar kalau abang mau liat dia." Altha mengangguk.

"Boleh gue liat dia ya?" Yuvan mengangguk dan mengantar Altha ke kamar Danish juga Savian.

"Loh Altha, kapan datang?" Keduanya bertemu Savian yang baru daja keluar dari kamarnya.

"Baru saja." Savian mengangguk.

"Masuk aja kalau mau lihat Danish." Altha mengangguk, Yuvan yang mendengar ijin Savian akhirnya juga memilih ikut undur diri.

"Bang, kalau gitu lo bisa masuk, gue tinggal ke dapur ya." Altha mengangguk kecil.

"Iya Van, makasih."
.
.
.
.
.
Altha menatap lekat Danish yang bergelung nyaman di ranjang nya, pemuda itu hanya berdiri tanpa niat untuk menyentuh sang adik.

Altha tidak dekat dengan Danish, dia hanya dekat dengan Janesh. Dulu orang tua nya selalu memintanya menjaga Janesh, dan menjauhi Danish. Mereka bilang jika Danish hanya akan membuat mereka berdua terluka jika ada di dekat anak itu.

Akrala (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang