.
.
.
.
.
Balthasar mengepalkan tangannya saat Danish terlelap, dulu dia ingin agar Danish tidak dekat dengan nya juga Janesh. Selain karena perintah orang tuanya, juga karena ada sesuatu yang mengharuskan dia bersikap jahat pada adik bungsu nya itu.Keluarga Mahesa adalah salah satu keluarga yang masuk jajaran keluarga paling kaya di indonesia, bahkan harta kekayaan mereka di katakan bisa menutupi hutang negara itu sendiri.
Namun di balik segala kesuksesan keluarga Mahesa, pasti ada saja orang-orang yang tidak suka pada mereka. Bersikap baik di depan namun merencanakan segala hal jahat di belakang mereka.
Hal itulah yang membuat Prabu Mahesa melakukan segala cara agar melindungi keluarga nya, menjamin keselamatan mereka.
Namun ternyata hal itu membuat Prabu bersikap terlalu kasar pada putra bungsu nya, karena dia tau jika putra bungsunya pasti bisa menjadi penerus keluarga Mahesa.
"Kita terlambat pa, Danish terluka terlalu dalam karena tingkah kita."
Ucapan Balthasar semalam membuat hati dan pikirannya menjadi tidak tenang, bahkan Prabu memutuskan untuk pulang ke indonesia bersama Rina malam itu juga.
"Balthasar." Balthasar yang memang terus berada di kamar Danish tampak menoleh ke arah sang papa.
"Iya."
"Ada apa dengan adik mu?" Balthasar menggeleng.
"Altha gak tau, saat Altha sampai disini Danish sudah seperti ini. Bahkan bi Minah dan pak Agus juga gak tau kenapa." Prabu menghela nafas panjang.
"Ada yang terjadi sebelumnya, apa mereka menyakiti Danish lagi?" Rina mendekati Danish dan duduk di sisi ranjang putra bungsunya itu.
Tatapannya sangat sendu, berbeda dengan tatapan tajam yang biasa dia berikan pada Danish sebelumnya.
"Firly gak bilang apapun kecuali Danish drop kemarin, nanti kita tanyakan pada Danish pelan-pelan."
.
.
.
.
.
"Pergiii....pergi...pergi..!!!" Danish melempar apapun yang ada di dekatnya saat Balthasar mencoba mendekatinya."Danish stop, ini kakak." Danish menggeleng dan mendekap bantal sebagai bentuk perlindungannya.
"Aku gak punya kakak!" Balthasar menatap Danish sedih, ternyata sesakit ini saat tidak dianggap.
"Danish, tapi kak Altha ini kakak kamu." Danish tetap menggeleng.
"Kak Altha itu kakak nya kak Janesh, bukan kakak ku. Aku gak punya kakak, kak Altha sendiri yang bilang." Balthasar sama sekali tidak bisa berkutik saat Danish mengatakan hal itu. Bahkan kedua orang tuanya yang mendengarkan segala ucapan Danish pun di buat mematung di balik pintu kamar.
"Apa yang harus kakak lakuin biar kamu bisa anggap kakak ini kakak kamu? Bilang ke kakak." Danish meneteskan air mata nya saat mendengar Balthasar mengatakan itu.
"Maaf...maaf...maaf...pergi...pergi..." Balthasar tanpa panik saat Danish kembali bergumam sambil memejamkan matanya.
Grep
Tanpa pikir panjang Balthasar memeluk tubuh Danish erat, mengabaikan jika Danish bisa saja memukul atau mendorong tubuhnya.
"Pergi...pergi...pergi...lepas...bang Dabi tolong..." Balthasar memejamkan matanya erat saat Danish justru menyebut nama orang lain untuk menolong nya.
"Danish maafin kakak, ayo pukul kakak, ayo maki kakak kayak yang dulu kakak lakuin ke kamu. Tapi jangan gini, hati kakak sakit." Danish menggeleng semakin kencang.
"Nanti mereka marah...aku di hukum lagi...sakit..." Balthasar mengelus punggung Danish saat mendengar rancauan adiknya itu.
Sedangkan di luat kamar Rina menutup mulutnya dengan tangan, dia mendengar semua ucapan putra bungsu nya. Putra yang selama ini dia sakiti dengan ucapan ataupun mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akrala (Sudah Terbit)
Fiksi PenggemarAgra tidak tau apa yang terjadi sebenarnya, dia hanya pergi tidur setelah meminum obat tidur miliknya. Memutuskan melupakan sejenak masalah plagiat yang dilakukan oleh adik kembarnya sendiri. Tapi saat membuka mata, bukan kamar kost nya yang di liha...