93. Trauma Danish

2.1K 234 3
                                    


.
.
.
.
.
Jika bisa Danish ingin sekali melupakan semua ingatan nya tentang malam itu, malam dimana dia dipaksa melayani Wiya.

Danish ingin sekali membuang ingatan itu, namun tidak bisa. Setiap kali ada yang membahas hal itu baik sengaja maupun tidak Danish akan selalu ketakutan, terutama saat berhadapan langsung dengan Wiya, rasanya sangat menyesakan bagi Danish.

Danish mengingat rasa sakit nya, bagaimana tubuhnya di banting oleh Wiya, bagaimana bagian bawahnya dimasuki paksa dalam keadaan kering, dan bagaimana tangis dan permohonannya sama sekali tidak di dengar oleh Wiya.

Danish takut, rasa sakit yang dia terima malam itu bahkan lebih sakit di banding rasa sakit saat tubuhnya di hajar sang ayah dulu.

"Maaf... Maaf... Maaf..." Danish bergumam lirih, dia merasa bersalah saat tidak bisa memaafkan Wiya.

"Maaf... Gue gak bisa... Maaf..." Danish terus bergumam. Pemuda itu membiarkan tubuhnya terus terguyur air dari shower yang sengaja dia nyalakan.

"Maafin gue Danish, gue belum bisa maafin bang Yasa."

Danish berdiam cukup lama di kamar mandi, berada di bawah shower yang terus mengeluarkan air dingin. Danish baru beranjak saat mendengar pintu kamar mandi kamar nya di ketuk, hanya dua yang akan melakukan itu Savian atau Jeffrey.

Cklek

"Danish."

Sret

Danish melangkah mundur saat Savian hendak menyentuh tangannya, kedua tangannya saling meremas dengan kepala tertunduk takut, beruntung Danish sudah mengganti pakaiannya, jadi Savian tidak akan tau apa yang dia lakukan di kamar mandi tadi.

"Danish, ini gue Savian, lo kenapa?" Danish hanya menggeleng kecil dan terus menunduk.

Savian menyadari ada yang tidak beres dengan Danish, terlebih Savian melihat dengan jelas jika tangan pemuda mungil itu gemetar.

"Ayo keluar, gue udah minggir nih." Savian memang menjauh dari pintu kamar mandi, memberi jarak di dekat lemari miliknya agar Danish mau keluar dari sana.

Melihat itu Danish dengan cepat membawa tubuhnya untuk keluar dan duduk di atas kasur miliknya, tangannya mengeras selimut yang memang tidak terlipat sebelum  akhirnya menutupi tubuhnya dengan selimut itu.

Savian menatap Danish khawatir, seingatnya saat dia pergi ke perusahaan bersama Kenzo dan Ersya tadi pagi Danish masih baik-baik saja.

Savian dengan cepat mengirimkan pesan pada Jeffrey yang ada di studio tari untuk ke kamar nya, sepertinya memang hanya Jeffrey yang bisa membuat Danish tenang.

Brak

Tidak sampai lima menit pintu kamar nya sudah di buka kasar oleh Jeffrey, bahkan bukan hanya Jeffrey, karena Mada dan Yuvan juga ikut menghampirinya.

"Kenapa bang?" Savian hanya menunjuk pada gundukan selimut di atas kasur Danish.

"Danish?" Jeffrey memutuskan mendekat dan mulai membuka gundukan selimut itu.

"Danish ada apa?"

Plak

Bukan jawaban yang di terima Jeffrey melainkan tatapan ketakutan yang terlihat jelas di mata Danish, bahkan pemuda mungil itu menepis tangan nya.

"Danish, hei."

Sret

Danish membawa tubuhnya menjauhi Jeffrey, pemuda mungil itu menggigit bibir bawah nya untuk menahan teriakannya.

"Danish, ini gue Jeffrey." Jeffrey menatap Savian dengan tatapan bertanya saatelihat keadaan Danish yang sama seperti beberapa bulan lalu.

"Pergi...pergi..." Jeffrey menggeleng, benar trauma Danish kembali saat ini.

Akrala (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang