CHAPTER 4

466 50 2
                                    

"Dia tak mengatakan alasannya, ia hanya mengatakan jika tak ingin melihatku lagi."

"Tapi kenapa? Mustahil kalian tak bertemu lagi setelah apa yang sudah kalian lakukan, kalian bukan orang asing yang baru pertama kali bertemu. Yah, meski kalian tak cukup saling mengenal satu sama lain, tapi ...."

"Kenyataannya Pavel kembali menolakku, Albern. Dan hal itu sangatlah melukai hatiku, kau tahu jika aku sangat menyayanginya, bahkan terus menghabiskan waktuku untuk merindukannya di sepanjang waktu," sela Tin kembali tertunduk.

"Apa Pavel sudah mengetahui tentang kematian orang tuanya?" tanya Albern mulai cemas, mungkin itu adalah salah satu alasan mengapa Pavel tak ingin bertemu dengan Tin lagi. Biar bagaimanapun mereka terus merasa bersalah sebab tak memberitahu Pavel sejak awal jika ayah dan ibu Omega itu adalah salah satu penumpang pesawat yang kecelakaan sepuluh tahun lalu.

"Aku rasa tidak, Pavel belum mengetahuinya. Bahkan ia tak mengungkit tentang itu, ia hanya mengatakan tentang kedua orang tua yang sudah meninggalkannya."

"Okay, sebaiknya kita pulang sekarang. ini sudah cukup larut. Kita masih akan menghadiri pertemuan penting sebelum kembali ke Enschede, dan mengenai Pavel, kita akan membahasnya nanti. Perasaanku mulai tak enak, merasa jika Nyonya Veronica akan mencarimu," balas Albern melirik jam tangan yang melingkar di lengannya, sebelum beranjak dan meraih lengan Tin untuk membantunya berdiri, memapahnya menuju mobil.

Dan benar saja, tak sampai sedetik sebelum mobil melaju. Ponsel Albern tiba-tiba berdering, dan ada nama 'Zein' di sana. Sedang Tin tampak tak acuh dan memilih untuk memejam, meski tahu jika itu panggilan dari tunangannya sendiri.

"Apa kau tak ingin berbicara dengan Tuan Zein?" tanya Albern menatap Tin yang masih memejam.

"Aku rasa tidak sekarang Albern, aku sedang tak memiliki tenaga untuk berdebat dengannya saat ini."

"Yah, tapi mengapa Tuan Zein bisa menghubungiku? Apa kau tak membawa ponselmu lagi?"

"Hmm, aku meninggalkannya di kamar."

"Ahh, itu berarti Nyona Veronica akan menghubungiku sebentar lagi. Mengapa kau selalu membiarkanku mendengar omelan ibumu?" keluh Albern setelah ponselnya berhenti berdering, dan berharap tak ada panggilan lain lagi setelahnya. Namun, sepertinya ia salah, sebab tak berselang lama, ponselnya kembali berdering dan ada nama 'Veronica Feith' di sana, hingga membuat Albern semakin prustasi.

"Kali ini kau harus menerimanya."

"Tidak Albern, aku ...."

"Ini dari Nyonya Veronica," sela Albern yang membuat Tin lekas membuka mata, dengan pandangan yang langsung teralihkan ke wajah Albern.

"Apa yang ingin Nyonya Veronica bicarakan di larut malam begini?"

"Kau akan mengetahui setelah menerima panggilannya, Tuan muda. Jadi silahkan," balas Albern menyerahkan ponselnya yang terus berdering bersamaan dengan satu tarikan napas panjang dari Tin.

📞 "Ibu."

📞 "Apa ponselmu bermasalah Tuan muda?" 

📞 "Maaf, aku melupakannya."

📞 "Lagi? Lalu di mana kau sekarang? Apa kau tak tahu jika sejak tadi Zein terus menghubungimu dengan perasaan khawatir?"

📞 "Maaf."

📞 "Ibu mohon, Tin. Berhenti membuat Zein cemas dan bersikap baiklah. Sebentar lagi kalian akan menikah. Apa kau akan terus bersikap demikian dan membuatnya terus bersedih karenamu?"

📞 "Aku harus bagaimana lagi Ibu? Aku sudah cukup bersikap baik selama ini. Dan bisakah Ibu tak membahas masalah ini dulu? Aku mohon ...."

📞 "Zein selalu menagis karenamu Tin, dan Ibu tak bisa membiarkannya begitu saja."

INSIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang