"Sayangnya Luan tak mendapatkan informasi lebih tentang di mana tujuan Pavel, ia hanya mengikuti mereka sejak tadi," balas Albern yang seketika membuat Tin lemas, "tapi aku yakin, Pavel pasti mengunjungi Giethroon."
"Apa kau yakin?"
"Sangat yakin."
"Benar juga, dua hari lagi Pavel beulang tahun. Kita harus menyusulnya ke sana," balas Tin yang langsung meraih mantelnya dan bersiap pergi.
"Calm down, kau tak berpikir akan langsung pergi begitu saja, 'kan?" tanya Albern menghentikan langkah kaki Tin seketika.
"Kenapa tidak? Aku akan menyusul Pavel di sana, aku yakin dia di sana, hari ini tepat kecelakaan itu terjadi."
"Yah, dan hari ini Zein sedang berduka karena kehilangan orang tuanya. Nyonya Veronica akan di sana menemaninya, dan tentunya kau di harapkan berada di sisi Zein sebagai tunangannya," balas Albern yang membuat Tin mengerang prustasi.
"Ahh, aku bahkan sampai melupakan hal itu. Aku harus bagaimana? Aku yakin Pavel juga sedang merasakan kesedihan sekarang, aku ingin berada di sampingnya."
"Kau lupa jika Pavel tak ingin melihatmu lagi?" tanya Albern yang membuat Pavel semakin prustrasi.
"Kau tak perlu mengingatkan itu."
"Jika aku tak mengingatkanmu, kau akan melakukan apa saja seenakmu."
"Albern, aku benar-benar tidak peduli, meskipun demikian. Aku akan tetap berada di sana bersamanya," balas Tin dengan sikap keras kepalanya.
"Dan membuatnya tak nyaman? Bukankah kau hanya akan menambahkan beban untuknya Tuan muda?"
"Tapi ...."
"Saranku untukmu. Biarkan ia sendiri dulu untuk saat ini. Kehadiranmu benar-benar tak di harapkan di sana," balas Albern yang berhasil membuat Tin kesal.
"Mana bisa aku membiarkannya sendiri," balas Tin seketika muram.
"Tuan muda. Pavel adalah seorang Omega yang terbiasa sendiri, bahkan di saat terpuruknya pun ia lebih memilih untuk menangis seorang diri di bandingkan ada orang lain di sampingnya. Tentunya kau tak melupakan itu. Berbeda dengan Zein, yang selalu membutuhkan seseorang di kala ia merasakan kesedihan. Ia sudah terbiasa berada di sisi orang-orang yang menyayangi ketika sedang merasakan kesedihan," balas Albern yang sekali lagi mengingatkan, jika Zein dan Pavel adalah dua Omega yang berbeda. Baik sikap, tingkah laku, ataupun kepribadian. Dan di mata Tin, Pavel adalah Omega yang cenderung tak suka berbasa basi, atau menyembunyikan apa pun yang ada di dalam pikirannya, keras kepala,mandiri, dan dingin.
"Lalu apa yang harus aku lakukan sekarang?" tanya Tin yang sejujurnya sudah tak tahu lagi harus berbuat apa.
Dan apa yang di katakan Albern memang benar, ia tak mungkin pergi begitu saja dan membuat ibunya semakin murka. Terlebih hari ini ayahnya pasti akan kembali, mengingat kedua orang tua Zein adalah orang terdekat keluarganya.
"Kau hanya perlu berada di samping Zein untuk sementara. Hibur dia terlebih dulu, dan kau bisa pergi jika suasana hatinya sudah tenang," balas Albern mencoba memberi solusi, berharap Tin tak keras kepala dan mau mengikuti sarannya, "bagaimana?" sambungnya saat melihat Tin yang hanya terdiam dengan perasaan gelisah.
"Baiklah," angguk Tin yang membuat Albern bisa bernapas lega.
"Lalu apa kau tak pulang?" tanya Albern saat Tin kembali di tempat duduk kerjanya.
"Tidak, aku masih memiliki banyak pekerjaan di sini."
"Lalu bagaimana dengan Zein?"
"Ada ibu yang akan menemaninya."
KAMU SEDANG MEMBACA
INSIDE
Romance"INSIDE" Menceritakan tentang mereka yang mencari kebahagiaan, menghadapi dilema, rasa sakit dan penyesalasan.