CHPATER 99

130 17 0
                                    

"Selamat pagi, Tuan Pavel," sapa Amaya ketika mendapati Pavel yang hendak masuk ke dalam rumah, usai mengantarkan suaminya yang hendak kekantor.

Pavel menghentikan langkah kakinya, membalas sapaan Amaya dengan senyum di wajahnya.

"Selamat pagi Amaya," balas Pavel mengabaikan Celio yang sejak tadi berdiri di sana untuk menunggu Veronica yang sepertinya akan pergi disatu tempat. Ia masih tak menyukai pria itu ketika kembali mengingat perlakuannya kemarin.

"Aku akan kesupermarket untuk berbelanja, apa Anda ingin ikut bersama?"

Pavel terlihat berpikir sejenak, ia sangat ingin pergi, tetapi perutnya terus dirasakan nyeri sejak tadi. Tak ingin merepotkan Amaya jika ia tiba-tiba tak bisa menahan sakit ketika sedang berada di luar rumah, terlebih Amaya akan tahu jika selama ini ia sedang sakit.

Cukup pria itu saja.

Pavel melirik tak suka ke arah Celio yang masih berdiri tanpa ekspresi. Celio tak pernah terlihat tersenyum sekalipun. Wajahnya selalu datar, dingin dan murung, seolah sedang menyimpan jutaan kesedihan dan kemarahan, tetapi juga tampak angkuh. Karakteristik raut super maskulin dengan janggut tebal yang tumbuh disepanjang rahang, lengkap dengan bola mata kecil di bawah naungan alis tebal natural dan gaya rambut clasik. Bagi Pavel, pria itu sungguh menakutkan, sekaligus menjengkelkan.

"Bagaimana? Apa Anda ikut besama? Atau Anda akan beristirahat saja dirumah?"

"Sepertinya aku akan beristirahat dirumah saja," balas Pavel mengusap perutnya dengan Celio yang terus mengawasinya sejak tadi.

"Baiklah, Anda juga terlihat sangat pucat. Apa Anda benar baik-baik saja?" tanya Amaya yang sudah merasakan kekhawatiran, dan itu sejak beberapa hari lalu, ketika Pavel menginjakkan kaki di mansion tersebut.

Ia juga mulai curiga jika kondisi Omega itu sedang tak baik-baik saja. Ia sempat sekali mendengar Pavel terus muntah di dalam kamar mandi, ketika ia hendak masuk kekamar. Pernah sekali mendapati sebuah tempat sampah yang dipenuhi tisu dengan darah yang sudah mengering. Kemarin ia juga tak sengaja melihat Celio membawa sebuah sweater yang terdapat banyak bercak darah. Dan ia tahu jika sweater tersebut milik Pavel. Dan entah mengapa Celio bisa membawa sweater tersebut.

Merasa jika telah terjadi sesuatu. Namun, masih tak yakin. Sebab kemarin Pavel pulang bersama Tin yang terus menggenggam tangannya dan tak melepaskannya. Mereka juga terlihat bahagia dan tersenyum sepanjang malam.

"Baiklah, sebaiknya Anda beristirahat," ucap Amaya tak ingin memikirkan hal buruk.

"Yah, terima kasih, Amaya," angguk Pavel hendak pergi, tetapi langkah kakinya terhenti ketika sosok Veronica yang baru saja turun dari tangga, dengan penampilan yang terlihat rapi seperti biasa. Cantik, dan elegant.

"Selamat pagi, Ibu," sapa Pavel sedikit membungkuk.

"Yah," balas Veronica terus melangkahkan kaki, tanpa melirik Pavel sedikit pun.

Meskipun demikian, setidaknya Veronica tak mengeluarkan segala makian bernada kasar dan keras lagi seperti sebelumnya. Meski hanya satu kata. Namun, hal itu cukup melegakan bagi Pavel yang hanya bisa mengikuti langkah kaki wanita itu dengan tatapan matanya.

Bahkan setelah Veronica masuk ke dalam mobil yang langsung melaju meninggalkan halaman tersebut.

"Are you okay?" tanya Amaya cukup khawatir. Lagi-lagi Pavel mendapatkan perlakuan tak menyenangkan dari Veronica.

"Hmm, I'm fine, Amaya," balas Pavel melanjutkan langkah kakinya. Dan berhenti di depan meja makan ketika melihat sarapan yang ia siapkan untuk sang ibu mertua masih utuh dan tak tersentuh sedikit pun.

INSIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang