CHAPTER 22

144 25 5
                                    

"Iya, Tuan muda, aku tahu, tapi ...."

"Aku akan ke Panthouse!" putus Tin yang langsung melangkah, sebelum langkah kakinya terhenti ketika mendengar suara tangis Zein di dalam kamarnya, dan tanpa menunggu lama, Mayron ikut beranjak dan masuk ke dalam kamar tersebut, bersamaam dengan Veronica yang sudah berdiri di depan pintu kamar.

"Mau ke mana kamu?" tanya Veronica menyipit saat melihat Tin yang tengah mengenakan mantel.

"Ibu, aku akan keluar sebentar."

"Apa? Apa kau tak melihat kondisi Zein saat ini?"

"Bukankah ada Mayron di sana!"

"Zein membutuhkanmu Tin!"

"Ibu ...."

"Com in now!"

"Mom please ...."

"Now!" perintah Veronica terlihat tak ingin di bantah. 

Tin dengan perasaan gelisanya, langsung melangkah masuk ke dalam kamar, menghampiri zEIN yang masih terisak di tempat tidurnya.

"Zein ...."

"Tin ... Mom and Dad left me, i'm alone now ...." Zein sesegukan di balik selimutnya.

Sedang Tin hanya terdiam, mengusap punggung Zein, mencoba menenagkan Omega kecil itu dengan kondisi perasaannya yang juga sedih dan gelisah karena memikirkan Pavel yang entah ke mana. Ia juga tak bisa mengabaikan Zein yang benar-benar terpuruk saat ini.

"I'm here, kau tidak sendiri, Zein," ucap Tin.

Zein membalikkan tubuhnya dan memeluk Tin yang hanya terdiam, mengalihkan pandangan ke arah Mayron sesaat, sebelum kembali menatap Zein dengan wajahnya yang terlihat pucat pasih lengkap dengan kedua mata yang terlihat sembab.

"Berjanjilah jika kau tidak akan pernah meninggalkanku, Tin ...."

Tin terdiam dengan perasaan cemas karena tak berhenti memikirkan Pavel, seharusnya Omega kecil itu juga mengatakan demikian padanya, meski ia tahu jika itu tak mungkin. Pavel adalah Omega yang berbeda. Ia tahu jika masalah dan beban hidup Pavel jauh lebih besar. Namun, sedikit pun Omega kecil itu tak pernah mengeluhkan apa pun, selain terus meyakinkan dirinya jika masih memiliki kedua orang tua yang akan menjemputnya.

Apa kita tidak akan bertemu lagi? Kenapa aku menjadi takut sekarang, aku takut jika tak bisa bertemu denganmu lagi. Aku bahkan merasa sudah kehilanganmu. 

Tin menarik napas panjang, seketika terlarut dalam kesedihan yang mendalam oleh rasa kehilangan yang teramat besar.

"Tin, apa kau mendengarku?"

"Iya ... kau tidak akan sendiri Zein, aku akan selalu menemanimu. Kau tak sendiri, ada ayah dan ibu juga di sini, bersamamu."

"Apa kau mau berjanji untuk itu? Apa kau akan selalu disampingku? Menjagaku?"

"Tentu saja, Sayang. Tin akan melakukan itu, kalian akan terus bersama hingga maut memisahkan," timpal Veronica yang langsung duduk disamping tempat tidur Zein dan Tin yang hanya terdiam tak menjawab apa pun.

"Aunty ...."

"Panggil aku Ibu," pinta Veronica mengusap kepala Zein sebelum mengusap air mata Omega kecil itu.

Sedang Tin masih terdiam sejak tadi, memikirkan apa ada sebuah tangan hangat untuk membelai kepala Pavel, jemari lembut yang menghapus air matanya, atau tubuh nyaman yang akan memeluk tubuhnya dikala ia sedang menangis?

Di mana pun kau sekarang, aku selalu berharap agar kau baik-baik saja, hiduplah dengan bahagia Pavel, dan jika memang kita sudah di takdirkan untuk kembali bertemu, aku akan menemukanmu, di mana pun kau berada, aku akan mencarimu Pavel.

INSIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang