CHAPTER 21

154 22 2
                                    

Panggilan telpon berakhir, bersamaan dengan satu helaan napas panjang dari Albern.

Dengan perasaan khawatir yang seketika terganti dengan rasa takut saat memikirkan hal buruk yang bisa terjadi pada Pavel. Albern kembali ke dalam mobilnya dan mulai menyelusuri jalan kota Enschede, menatap tajam di tiap-tiap sisi jalan dan sudut gedung, taman, dan pertokoan yang sudah tutup untuk mencari jejak Pavel, meski hasilnya nihil, meski ia sudah berjalan sejauh itu, hingga hampir mendekati perbatasan kota dan sebuah halte.

"Tak mungkin Tuan muda itu sampai ke sini, bukankah ini sangat jauh?" 

Albern menghentikan mobilnya tak jauh dari halte bus, tempat di mana Pavel yang tengah duduk menunggu.

"Tapi bukankah itu hal yang mungkin, jika ia kembali ke Giethoorn?" 

Semakin panik, entah akan selecet apa telapak kaki Pavel jika memang itu benar, ia memaksakan diri untuk kembali ke Giethoorn dengan berjalan kaki. Mungkin Pavel bisa lumpuh.

Mobil berbalik meninggalkan halte bus dan mencoba mencari di tempat lain. Akan lebih baik jika kembali mencari ke sekitar panthouse, berharap Pavel tersesat di antara pepohonan pinus, kelelahan dan tertidur di sana. Itu akan membuatnya lebih muda untuk menemukannya, sebab Albern sudah sangat hafal dengan tempat tersebut.

Hingga tiga puluh menit berlalu, setelah melajukan mobilnya menuju Panthouse, memarkirkannya di halaman dan bersiap untuk masuk ke dalam hutan, tampak Mayron yang tengah berlari dari dalam rumah untuk menyusulnya.

"Albern ...!" panggilnya dengan wajah yang di penuhi kekhawatiran, "bagaimana? Kau tak menemukannya?"

"Tidak."

"Tapi katamu, dia ...."

"Aku salah, aku pikir dia akan kembali ke sana."

"Oh Tuhan, di mana anak itu?" 

Mayron seketika lemas hingga kembali mencengkram rambutnya kuat, bahkan rambutnya sudah tampak berantakan sejak tadi.

"Aku akan mencoba untuk mencari anak itu di dalam hutan."

"Kau yakin dia di sana?"

"Yah, semoga saja."

"Bagaimana jika kau salah?" tanya Mayron tampak ragu.

"Kau tak percaya padaku?"

"Baru saja kau buat kesalahan, kau yang mengatakan jika anak itu akan berada di sana, entah di mana. Tapi buktinya kau tak menemukannya, dia tak di sana, 'kan?" balas Mayron yang membuat Albern hanya terdiam, benar-benar wanita dengan pemikiran kritis.

"Masuklah, aku akan mencarinya ke dalam hutan."

"Aku ikut denganmu."

"Aku hanya akan mencari Omega kecil, dan tak ingin ikut mencari wanita dewasa lagi."

"Hei apa maksudmu?" Mayron mulai kesal ketika merasa Albern meremehkannya.

"Kau mau tersesat?"

"Aku akan ikut denganmu, tak akan jauh darimu," balas Mayron mulai keras kepala.

"Bukankah kau hanya akan merepotkanku? Masuklah!"

"Tidak, aku akan mebantumu untuk mencarinya, aku yang membuat anak itu pergi karena lalai dan tak menjaganya dengan baik, aku juga merasa bersalah akan hal itu. Jadi izinkan aku membantumu, dan jika kita terus berdebat di sini, maka waktu kita akan semakin banyak terbuang."

"Tapi setidaknya rapikan dulu rambutmu, kau lebih terlihat seperti penunggu hutan sekarang," balas Albern sebelum melangkahkan kaki menyelusuri jalan setapak dengan cahaya ponsel.

INSIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang