CHAPTER 64

174 21 0
                                    

"Kau akan membawaku kemana?" tanya Pavel yang akhirnya siuman. 

Ketika mengamati sekeliling, dan mendapati mobil Oskan memasuki distrik tua yang sudah di tinggalkan penghuninya akibat pembelian lahan untuk membangun sebuah supermarket oleh sang pemilik tanah. Sedang Oskan hanya terdiam, fokus pada kemudianya. Tak ingin menjawab pertanyaan Pavel yang kedua tangannya masih terikat dasi pria itu. Tak ingin meladeni Omega itu, sebab selalu tahu jika ada perasaan lain yang timbul jika melihat Omega itu marah.

Mobil menuju sebuah gedung yang pembangunannya belum selesai, tampak terbengkalai bahkan tak terawat, hingga lebih terlihat seperti kota mati. Namun, semakin jauh perjalan setelah melewati gedung-gedung tersebut, mobil kembali melintas di sebuah jalan setapak penuh bebatuan kecil yang di sisi kanan kiri jalannya di tumbuhi pepohonan pinus, entah tempat apa itu, bahkan mereka menempuh hampir satu jam perjalanan.

"Sebaiknya diam di tempatmu, kau tak bisa lari dariku, berteriak pun mustahil. Karena hanya ada aku dan kamu di sini," ucap Oskan menghentikan mobilnya tepat di depan sebuah gerbang tua di antara semak ilalang.

Keluar dari mobil yang sudah di kuncinya untuk membuka gerbang tersebut, sebelum kembali ke mobil untuk di masukannya ke dalam halaman yang di penuhi rerumputan, dan di depan sana tampak sebuah bangunan tua yang terlihat seperti castel, dengan rerumputan liar yang merambat hampir memenuhi sisi tembok dan atap bangunan beratap kerucut itu.

Tanpa mengucapkan apa pun, Oskan kembali keluar dari mobilnya, mengintari dan kembali ke sisi kanan, sebelum membuka pintu mobil dan menarik Pavel keluar dari sana.

"Di mana kau akan membawaku?"

"Diam dan menurutlah. Sebelum aku membungkam mulutmu!" balas Oskan mencengkram erat lengan Pavel yang tak berkutik.

Terlebih tulangnya seolah remuk hingga membuatnya semakin merasa lemas tak bertenaga. Pasrah ketika Oskan menyeretnya, entah apa yang akan pria itu perbuat padanya di sebuah rumah tua yang terlihaat seperti rumah hantu, apa memang pria ini seorang iblis?

Mengamati pepohonan tinggi di sepanjang jalanan, kolam yang di penuhi dedaunan kering, dan patung-patung berdesain interior bernuansa klasik jaman romawi kuno yang juga sudah di penuhi lumut, hingga terlihat begitu horor dan membuat Pavel merinding. Ia bahkan tak pernah tahu jika di Boulevard ada tempat seperti ini. Atau mungkin mereka sudah tak berada di kota itu lagi? Tapi di mana mereka sekarang? Dan sudah berapa lama ia pingsan, sehingga tak menyadari Oskan telah membawanya di satu tempat yang begitu menakutkan.

"Sebenarnya apa yang kau inginkan dariku?!"

"Tubuhmu!"

"Kau gila!?" desis Pavel kembali berusaha untuk melepaskan cengkraman Oskan, tetapi sia-sia. Sedang pria itu tampak menyeringai, sukai respon Pavel yang semakin terlihat cantik di matanya.

Pavel tak tahu jika semakin ia membuka mulut, maka semakin besar pula hasrat Oskan padanya. Pria itu mengagumi Pavel, bahkan sejak pertama melihat Omega itu yang hanya terdiam ketika ibunya mengamuk dan menghancurkan semua barang-barang milik Abella Yume. Entah perasaan kagum karena cinta, atau hanya sekeder ingin memiliki dan tidur bersama Omega itu seperti apa yang ia lakukan pada banyak wanita dan Omega di luar sana.

"Sudah aku katakan, aku akan menjadikanmu tawananku. Ibuku harus bertemu dengan Abella."

"Lalu? Apa hubungannya denganku?!"

Menghentikan langkah kakinya. Menatap tajam menikam kepada Oskan.

"Kau putra angkat Abella, 'kan?" tanya Oskan mencengkram kedua rahang Pavel, "yang aku dengar Abella sangat menyayangimu. Dan aku yakin, ketika wanita itu tahu jika kau sedang berada di tanganku. Dia akan langsung datang padaku dengan sendirinya tanpa aku susah payah untuk mencarinya."

INSIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang