CHAPTER 56

141 21 0
                                    

"Kau lelah?" tanya Tin amati Pavel yang tengah duduk di sisi ranjang sambil memijat kedua betisanya. Sebelum berjalan menghampiri, melipat lutut di atas karpet tepat di hadapan istrinya, "biar aku membantumu," sambungnya meraih pergelangan kaki istrinya dan di pijatnya perlahan.

"Terima kasih, Tin." Pavel terlihat menikmati. Ia menyukai pijatan Tin, sebab merasa lebih rilex.

"Kau bisa berbaring jika lelah."

"Yah, aku cukup lelah, tapi aku butuh berendam untuk membersihkan diri."

"Hmm, sebaiknya kau mandi dulu. Aku akan menyiapkan air hangat untukmu," balas Tin menurunkan pergelangan kaki sang istri dari atas pangkuannya sebelum beranjak, melangkah menuju kamar mandi untuk menyiapkan air hangat, mengukur suhu air agar benar-benar pas sebelum menambahkan Essential oil chamomile di dalam bhatup.

"Kau bisa ... mandi ... sekarang."

Tubuh Pavel kaku didepan pintu kamar mandi ketika mendapati Pavel yang tengah membuka piyama, dan Omega itu hanya mengenakan celana dalam sekarang, untuk menutupi tubuhnya agar benar-benar tak polos. Seolah mengabaikan jantung Tin yang tak hentinya berdetak, dengan tubuh yang meremang, Pavel melangkah sambil menutupi tubuhnya dengan jubah mandi. Tapi bukankah sudah terlambat? Tin sudah melihat semuanya, dan hanya terbatuk ketika Omega itu menghampiri dengan senyumnya.

"Terima kasih, Tin," ucap Pavel sebelum masuk ke dalam kamar mandi dan Tin yang hanya mengangguk menahan napas, kembali mengeluarkannya dengan perlahan ketika pintu kamar mandi kembali tertutup.

Padahal ini bukan yang pertama kalinya Tin melihat tubuh polos Pavel. Bahkan ketika pertemuan pertama mereka sekalipun ia sudah melihat tubuh polos itu, bahkan menyentuhnya. Dan malam ini adalah yang kedua kalianya Omega itu tampil polos di hadapannya. Apa karena mereka sudah menikah? Pikir Tin.

Sebab selama mereka tinggal bersama di villa tersebut, Tin tak pernah sekalipun melakukan hal-hal intim kepada Pavel, seperti bercinta atau berciuman panas, selain memeluknya ketika tidur. Bahkan setelah mereka resmi menjadi suami istri pun, Tin tak pernah berpikir untuk menyentuh Pavel lagi. Sebab tahu, jika Omega itu tak mencintainya, dan sudah pasti Omega itu juga akan menolak untuk tidur bersama.

Tin menarik napas berat, berusaha menenangkan pikiran. Ia juga pria normal, terlebih dia seorang Alpha, dan jika Pavel terus menerus melakukan hal demikian, tampil polos tanpa busana di hadapannya, mungkin suatu saat ia juga akan goyah, tak akan bisa menahan untuk tak menyentuh Omega itu, terlebih Omega itu sudah menjadi istrinya.

"Apa kau tak membersihkan tubuh juga?" tanya Pavel yang kembali mengejutkan Tin yang tampak termenung di depan jendela, menatap tepian pantai dengan ombak yang masih menggulung, dan bayangan rembulan di atas permukaan air laut yang indah.

"Ahh, yah. Aku juga akan mandi," balas Tin, melangkah masuk ke dalam kamar mandi dan membiarkan air shower yang dingin mengguyur kepalanya untuk mendinginkan otaknya yang sempat panas.

Hingga beberapa menit setelah merasa jika air dingin sudah membuat tubuhnya menggigil. Tin lekas meraih handuk, memakainya dan keluar dari kamar mandi. Sedikit lega sebab melihat Pavel yang sudah terlelap di atas tempat tidurnya, dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya.

"Kau akan kedinginan jika tidur dengan jendela terbuka seperti ini," ucap Tin dengan nada pelan, melangkah ke arah jendela dan menarik tirainya, kembali ke sisi ranjang dan mengusap rambut istrinya lembut, "Have nice dream my wife, and my baby," bisiknya sebelum mengecup puncak kepala Pavel dan mengusap lembut perutnya yang tertutupi selimut tebal.

"Apa kau juga tak tidur?" tanya Pavel dengan suara serak, saat menyadari kehadiran Tin di sampingnya oleh aroma khas segar dan maskulin yang dimilikinya. Bahkan pria itu langsung mematung di sisi ranjang, tak melanjutkan langkah kakinya.

INSIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang