"Sejak kapan kau menjadi sangat jorok seperti ini, kau bahkan masih membiarkan kapas penuh darah berserakan di lantai, apa kau akan menyimpannya untuk koleksimu?" tanya Albern yang tak berhenti protes ketika melihat seisi rumah Mayron yang memang sangat berantakan.
"Apa kau jauh-jauh kemari hanya untuk ini?"
"Aku hanya tak terbiasa," balas Albern beranjak dari duduknya dan langsung melangkah ke arah pantri, hingga beberapa menit kemudian, ia terlihat membawa sebuah sapu dan keranjang sampah.
Tanpa aba-aba mulai menyapu dan membersihkan kapas penuh darah yang berserakan di atas lantai, juga beberpa bungkus snack yang entah sudah tertinggal beberapa lama.
"Bagus, kau membuat rumahku menjadai sangat bersih sekarang," ucap Mayron tersenyum lebar ketika ruang tengahnya terlihat rapi sekarang.
"Mayron, ada yang ingin aku tanyakan padamu," balas Albern tanpa berbasa-basi lagi.
"Ada apa?" tanya Mayron mulai was-was, khawatir jika Albern menanyakan kemana saja dirinya selama hampir dua minggu ini.
Meski ia sudah memberikan alasan jika ia sedang beristirahat. Namun, Albern adalah pria yang sangat cerdas. Ia tak akan percaya jika ia beristirahat di saat kondisi Tin sedang tak baik-baik saja. Terlebih dia adalah Dokter pribadi Tin yang harus selalu stanby di samping tuan mudanya.
"Ini mengenai Pavel" balas Albern.
Mayron menelan ludah dengan susah payah. Ia masih harus tutup mulut tentang Pavel, dan masih belum bisa mengatakannya kepada siapa pun, kendati Pavel sudah tak berada di Drente lagi.
"Ada apa dengan tuan Pavel?" tanya Mayron berusaha untuk bersikap tenang. Sampai Albern mengeluarkan sesuatu dati balik jasnya dan meletakkannya di atas meja.
Sebuah amplop berwarnah putih dengan lambang yang tak asing bagi Mayron.
"Ini apa?"
"Kau bisa membacanya sendiri," balas Albern yang tak ingin menjelaskan apa pun, dan membiarkan Mayron mengambil dan membaca isi amplop tersebut.
Hingga di detik kemudian, Albern bisa melihat mimik wajah Mayron yang tampak terkejut.
"Kau sudah tahu itu sebelumnya?" tanya Albern tak memalingkan pandangan dari wajah Mayron yang perlahan meletakkan kertas tersebut di atas meja.
"Aku baru mengetahui ini," jawab Mayron.
"Baru?"
"Yah," angguk Mayron.
Albern menarik napas berat. Dan memang tak ada beda dengannya yang juga baru mengetahui tentang kondisi Pavel.
"Tin, apa ia mengetahuinya?"
"Aku rasa tidak."
Albern kembali menarik napas panjang dan mengeluarkannya dengan perlahan, sambil memijat tengkuk lehernya yang mulai menegang.
"Mayron, apa kau tahu sesuatu tentang hilangnya Pavel selama dua minggu ini?"
Mayron terdiam tak menjawab, ia tahu jika Albern pasti sudah bisa menebak itu. Ia pun masih ragu, haruskah ia berkata jujur pada pria itu sekarang? Lalu bagaimana jika Albern sampai hilang kendali dan tak bisa mengontrol kemarahannya. Sebab pria itu sangat sensitif jika menyangkut soal Pavel dan Tin.
"Mayron, is there anything you want to tell me?" tanya Albern sekali lagi, menatap Mayron tajam, "aku tak bisa menghubungimu. Ini sungguh aneh bagiku. Kau tak hanya sekedar sibuk, sakit, ataupun mengurung diri di dalam apartemenmu. Aku yakin jika kau sedang menyembunyikan sesuatu sekarang," sambungnya yang membuat Mayron kesulitan untuk bernapas.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSIDE
Romance"INSIDE" Menceritakan tentang mereka yang mencari kebahagiaan, menghadapi dilema, rasa sakit dan penyesalasan.